Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

30 June 2013

Kita Yang Punya, Kita Juga Yang Bayar Mahal

Bahan Bakar Minyak (BBM) sudah memasuki harga baru. Meskipun dalam prosesnya banyak menuai pro dan kontra, proses dramatik itupun akhirnya berakhir (dipaksa berakhir) setelah keputusan paripurna. Aksi-aksi penolakan yang sempat gencar pada waktu itu kini reda sudah. BLSM, akhirnya benar-benar menjadi obat penyembuh sementara masyarakat kelas bawah.

Peta kepemilikan SDA di Indonesia

Tangan Tuhan yang disebut-sebut hadir dalam penentuan harga pasar kini berganti menjadi sebuah pembenaran. Atas alasan kenaikan harga Bahan Bakan Minyak semua bahan pokok kebutuhan sehari-hari kini harganya ikut melonjak. Di tambah lagi, momentum ramadhan dan lebaran hari raya. Si miskin tentu jelas semakin terperosot dalam kesulitan, sementara si kaya santai saja.

"BBM naik tinggi, susu tak terbeli. Orang pintar tarik subsidi, pengangguran kurang gizi"

Akibat dari kenaikan harga BBM bersubsidi, kini akan kembali menjadi bayang-bayang ketakutan tersendiri. Seperti kata bang iwan dalam lagunya 'Galang Rambu Anarki'.

Tapi apalah daya, semua sudah terjadi dan sudah menjadi ketentuan yang harus kita amini juga pada akhirnya. Namun yang harus kita cermati bersama dalam urusan ini adalah standarisasi harga minyak dunia.

Pertama, Negara kita memiliki sumber daya alam yang melimpah. Baik itu minyak, emas, tembaga dan lain sebagainya. Namun semua yang kita punya ternyata tidak mampu di olah oleh kita sendiri, hal ini menyebabkan penguasaan sumber daya alam kita hampir seluruhnya di kuasai oleh asing. Dengan kata lain, kita pemilik sumber daya alam, kemudian di bawa ke pihak asing dan di proses disana sampai menjadi bahan bakar siap pakai. Setelah jadi, kita membeli dari sana dengan harga mengikuti standar dunia.

Kedua, Negara kita hanya di jadikan bulan-bulanan kerakusan penguasa global. Pihak-pihak perusahaan dunia telah menjadikan Indonesia sebagai objek penghasilan sumber daya alam. Sementara kita (sang pemilik sumber daya alam) justru harus menikmati kekayaan alam kita sendiri dengan cara membeli kepada pihak asing tersebut.

Jika sudah demikian, maka seharusnya yang menjadi fokus utama bukanlah penaikan harga Bahan Bakar Minyak bersubsidi. Melainkan nasionalisasi aset-aset asing yang ada di seluruh bumi nusantara menjadi hak preogatif pemerintahan kita. Pasalnya, dengan melakukan itulah kemudian seluruh aset kekayaan alam akan benar-benar di fungsikan menjadi tumpuan ekonomi negara. Karena kita yang punya, harusnya kita juga yang mengolah dan kita pula yang harusnya menikmati hasilnya. Kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh merupakan hal yang harus di dapat oleh setiap warga negara.

Dari semua tokoh indonesia, mulai dari sejarahwan, ekonom, nasionalis, kiri, dan semua tokoh yang ada. Siapa yang menyatakan bahwa Indonesia adalah negara miskin? hampir tidak ada, karena memang Indonesia adalah negara yang kaya sumber daya alam. Sudah seharusnya masyarakatnya mengalami kesejahteraan yang merata, ketentraman sebagai mana amanat UUD kita.

2 comments:

  1. kenaikan harga BBM ini semoga membuat masyarakat semakin sadar untuk lebih cerdas dan bijak memilih pemimpin yang bangsa yg bisa memanfaatkan hasil bumi Indonesia untuk kepentingan bangsa Indonesia sendiri dan bukan untuk kepentingan asing...salam :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bang Hari, eh terimakasih sebelumnya sudah mampir di rumah sederhana ane bang...
      semoga indonesia akan kembali menjadi macan asia yang garang, dan mampu membawa rakyatnya pada kesejahteraan... salam bang hari.

      Delete