Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

25 July 2010

hari ini yang menentukan hari esok

siapa sebenarnya saya???apa tujuan saya ada didunia???
pertanyaan-pertanyaan itu lah yang sering kali terlahir dari mulut-mulut putus asa atas pencarian jati diri. atau keputus asaan yang terlahir dari kerasnya kehidupan, merasa sudah tidak kuat dan tidak tahu lagi apa yang harus diperbuat, hal ini biasanya muncul ketika beban kehidupan yang serasa begitu berat tidak kunjung usai, masalah yang bertubi-tubi dan tidak kunjung menemukan penyelesaiannya juga sering kali disebut-sebut menjadi salah satu faktornya.


proses pencarian jati diri memang sangat penting dalam kehidupan nyata, namun hal ini sering kali disalah artikan oleh beberapa kalangan. banyak yang menganggap pencarian jati diri itu, harus dilakukan dengan cara-cara yang berbau negatif, dan kebebasan merupakan salah satu yang sering kali menjadi sasaran bagi orang-orang yang merasa sedang mencari jati diri mereka. dari sini lah mulai terjadi kesalah fahaman atas itu, karena kebebasan bukanlah merupakan sebuah jalan yang harus dilewati dalam pencarian jati diri, melainkan kebebasan itu hanyalah sebuah dalih untuk menciptakan sebuah kepuasan, dan bahkan kebanggaan atas dirinya. namun tidak bisa dipungkiri bahwa kebebasan itu ada didalam pencarian jati diri, tinggal kebebasan yang seperti apa yang ada didalamnya. disinilah yang sering kali terjadi multi tafsir atas hal itu, banyak yang menganggap kebebasan itu selalu bergaya hidup bebas dan semau gue. padahal bukan kebebasan yang seperti itu yang ada diantara proses pencarian jati diri, melainkan kebebasan dalam berkreasi, melakukan hal-hal yang berdampak positif bagi kehidupannya. kebebasan dalam menggali potensi dalam diri yang memang belum muncul, sedangkan dalam diri manusia itu pasti ada dua hal yang tidak akan pernah menyatu menjadi satu, yakni kebaikan dan keburukan, tinggal kebebasan itu mendukung faktor mana untuk muncul.
ada beberapa faktor yang sering kali memunculkan beberapa keraguan dalam diri sendiri, dan keraguan itu yang membuat merasa jati dirinya belum ditemukan.

* kurangnya percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki

dalam hal ini biasanya biasanya terjadi karena kurangnya membuka ruang atas dirinya kepada orang lain, karena orang lain sering kali dianggap lebih tau, sedang diri merasa kecil didepannya. pemikiran-pemikiran seperti ini lah yang sebenarnya hanya akan membuat diri terbelenggu dalam keraguan. dan jika sudah menganggap orang lainlebih tau, maka yang terlahir adalah membenarkan apa yang dikatakannya, sedangkan hal itu belum tentu mampu dicerna oleh akal selayaknya orang itu kebenaran yang orang itu harapkan. namun bukan berarti harus menyalahkan pendapat orang lain, tapi cukup menghargai dan ditimbang kembali untuk mengetahui sejauh mana kebenarannya. karena saat itulah fikiran kita akan bekerja sebagi pencari kebenaran, bukan hanya mengiyakan kebenaran dengan mentah-mentah tanpa kita tahu makna kebenaran tersebut. Tuhan mengasihkan akal untuk melengkapi kekurangan, bukan untuk mengeluh atas kekurangan.

* lemahnya keyakinan kebenaran yang dipegang

setiap manusia pasti memiliki sesuatu yang diyakini kebenarannya (terlepas dari Tuhan), namun banyak yang hanya mendengarkan kemudian mengiyakan bahwa itu benar, tanpa mencoba menerawang kembali dalam-dalam. al-hasil, akan gampang terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran orang lain, karena memang bukan atas dasar kefahaman yang diyakini melainkan ketahuan, yang justru hanya mengiyakan dari hasil pemikiran orang lain. maka tidak heran jika dalam perjalanannya gampang terombang-ambing. jika kebenaran yang diyakini sudah melewati uji tes kelayakan oleh akal, maka itu akan terpatri oleh fikiran, dan tentu akan menghasilkan pemikiran-pemikiran yang berlandaskan kuat. serta respons akal pun tidak akan gampang mengiyakan pemikiran orang lain tanpa menelaah kembali.

* kurang membuka diri terhadap lingkungan (lebih senang menyendiri)

jika keadaan ini terus berlanjut, maka akan semakin melonggarkan ruang ketidak percayaan akan kemampuannya, keadaan ini biasanya terjadi dikarenakan depresi ataupun karena memang sulit bergaul dan lebih senang menutup diri. hal ini juga seutuhnya disalahkan, namun sangatlah disayangkan, karena dalam kehidupan itu memerlukan sebuah refrensi sebagai bekal dalam menjalani kehidupan. sedang refrensi bukan hanya ada dalam buku-buku, namun dalam relita pergaulan juga sangat banyak kejadian-kejadian yang mampu menjadi sebuah refrensi untuk bekal kehidupan. bahkan lebih nyata dan konkret, karena teori itu lahir setelah ada realita, bukan teori yang yang menyebabkan adannya realita.

* selalu gagal salah sebelum mencoba (pesimis)

pesimis merupakan penyakit yang cukup berbahaya dalam menentukan langkah kedepan. tahu kah jika setiap yang perkataan adalah do'a, lantas jika sebelum berperang sudah pesimis terhadap kemenangan, apa mungkin akan ada semangat yang tinggi, sedang setiap perkataan orang merupakan sebuah do'a untuk dirinya sendiri. dan kegagalan bukan untuk ditakuti, melainkan untuk dihadapi. karena kegalalan juga merupakan bagian dari kesuksesan.

* mengeluh tanpa menyadari kekurangannya

mengetahui kekurangan tidaklah cukup untuk menjadi bekal, namun akan sangat baik jika pengetahuan itu terus merangkak menuju kesadaran. kesadaran akan sebuah realita yang ada, hingga pada akhirnya pun akan melahirkan banyak keinginan untuk segera membenahi yang dianggap sebagai kekurangan, karena keluhmu merupakan kesedihanmu, sedang kesadaranmu merupakan bahagiamu.

selain itu faktor lingkungan juga memiliki pengaruh yang besar terhadap diri kita. dimana kaki menginjak bumi, disitulah terdapat refrensi untuk bekal kedepannya. karena lingkungan juga mempunyai peran penting dalam pembentukan karakter siapa saja yang ada. secara tidak langsung lingkungan mampu mempengaruhi cara berfikir kita, dan menuntun langkah kedepan. meski kadang itu terlahir dari permasalahan-permasalahan serta kerasnya lingkungan dalam mendidik. semua tinggal cara kita dalam menyikapi permasalahan serta cara kita mencari sebuah solusi yang solutif untuk diaplikasikan dalam kehidupan.
"kita sekarang dan sepuluh tahun yang lalu sebenarnya sama, yang membedakan hanyalah refrensi yang digunakan untuk menjalani kehidupan"

0 komentar:

Post a Comment