Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

03 August 2010

Bumiku, Bumimu, Bumi Kita Semua (Belajar Pada Lingkungan)

Dalam kehidupan sangat banyak bentuk ragam cara menjalaninya, semua menjalaninya dengan keyakinan kebenaran yang diyakini dalam hati mereka.

Berbagai keindahan alam yang disuguhkan semakin membuat manusia betah berada didunia, sampai kadang lupa dan terbutakan oleh hasyrat yang menggebu-gebu. hingga sifat serakah manusia itu sendiri semakin menguasai jiwa. entah manusia lupa, tidak tahu, atau bahkan sengaja, memanfaatkan sumber daya alam dengan semakin membabi buta, hanya demi kepentingan-kepentingan individu. padahal akibat perlakuan itu lah yang membuat alam kita semakin rapuh, yang membuat alam kita murka. hingga alampun enggan untuk menyuguhkan keindahan-keindahan yang dimilikinya, bahkan memunculkan kerusakan-kerusakan yang kian menjadi.

Peringatan demi peringatan terus digalangkan oleh sang alam, namun entah iblis macam apa yang telah merasuk dalam diri manusia saat ini, hingga mereka pun tak kunjung jera dengan peringatan alam tersebut. terbukti manusia terus menjalankan aksi pengerukan sumber daya alam, penyalah gunaan hutan pun terus berjalan dengan lancar, tanpa memikirkan kehidupan kedepan akan bagaimana.

Padahal hutan kita semakin mengalami krisis, sekarang banyak hutan-hutan yang telah berganti menjadi pemukiman dan bangunan-bangunan mewah. sementara diluar sana hutan kita yang lain masih saja terus digerogoti oleh manusia-manusia yang tidak bertanggung jawab, tanpa memperdulikan akibatnya kedepan. jika sudah seperti ini, masih pantaskah kita salahkan alam yang katanya sudah mulai enggan untuk terus tumbuh subur dengan hasil buminya. sedang kita manusia yang memiliki ketergantungan tinggi pada alam juga urung buat menjaga kelestarian alam kita.
Semakin terlena dengan kekayaan alam yang dikeruk, sampai-sampai lupa untuk membuat alam terus merasa nyaman. karena keserakahan manusia sendiri lah yang telah mengusik amarah alam. maka tak heran jika bencana terjadi dimana-dimana, bahkan hampir disetiap daerah, dengan berbagai macam bencana.

Sungguh ironis memang, jika anak-anak saja mampu menyadari pentingany melestarikan alam ini untuk kehidupan bersama, tapi para manusia dewasa malah asyik merusaknya demi kepentingan-kepentingan perutnya sendiri. tidak kah ada rasa malu pada anak-anak yang mengerti ini, atau memang perlu diadakan pembelajaran dengan guru anak-anak. apa gak malu??????
Penghijauan kembali hutan kami merupakan sebuah program memiliki kekuatan besar atas keberlangsungan alam. karena memang sebuah usaha untuk meminimalisir dan menjadikan kembali hijau hutan kita. namun sayangnya program ini nampaknya kurang difahami oleh para manusia yang memiliki kepentingan perut itu. terbukti penjarahan mereka terhadap hutan-hutan terus berlanjut, tanpa diselimuti ketakutan amukan sang alam. padahal proses penghijauan inilah yang akan menyelamatkan hutan-hutan kita. dan akan mengobati kekecewaan alam terhadap tingkah kita atas kerusakan yang kita semua ciptakan.

Selain kerusakan terhadap alam, buang sampah sembarangan juga salah satu faktor alam murka, al-hasil seringnya terjadi bencana rutin setiap tahunya, yakni banjir atas meluapnya sungai-sungai yang telah dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah. padahal sampah pun seharusnya dibagi menjadi dua bagian, antara organik dan non organik, supaya memudahkan proses daur ulang, baik oleh pabrik ataupun daur ulang oleh kegiatan alamiah sendiri. nah,,,jika pembuangan yang benarpun harus dipisahkan antara sampah organik dengan sampah non organik, bagaimana yang membuang sampah sembarangan???tentu sangat berakibat fatal bagi kelangsungan hidup bersama. maka jangan heran, jika kebiasaan buruk itu terus dibiarkan mendarah daging pada diri manusia, terjadilah sebuah bencana wajib setiap tahunnya, atau lebih tepatnya bencana rutin yang teragendakan tiap tahun oleh buku alam, yakni banjir.

Sungguh tidak mengerti sebuah syukur atas pemberian Tuhan terhadap kita, bahkan untuk menjaga kelstariannya pun enggan. rasa tidak memiliki lah yang menjadi landasan kuat terhadap nilai-nilai kesadaran akan pentingnya alam untuk kehidupan makhluk hidup yang ada, terutama manusia itu sendiri yang telah diberi gelar makhluk paling sempurna diantara makhluk yang lain. apakah akan menunggu alam murka dulu baru kita bergerak???atau akan menunggu kehancurannya, hingga hanya menyisakan penyesalan diantara kita. kalau tidak sekarang kapan lagi???kalau bukan kita yang memulai siapa lagi???mulailah sesuatu yang besar dari hal yang terkecil, karena suatu saat pasti akan membawa pada manfaat yang besar.
Mulailah dengan membuang sampah pada tempatnya, tentu dengan memisahkan antara sampah organik dan sampah non organik, serta tanamkan dalam diri kita semua bahwa alam ini milik kita bersama, dalam tanda kutip "untuk menjaga kelestariannya", bukan untuk menjarahnya hingga habis tak tersisa. kita yang menyebabkan, maka kita bertanggung jawab atas perbaikannya. Yakni penghijauan kembali alam kita.

2 comments:

  1. buanglah yang tidak berguna pada tempatnya.

    awas loh nek aq weruh kwe udud latune dibuang sembarangan tak rebut rokoke, hahaha

    ReplyDelete
  2. hahaa iya iya..
    bisa di kondisikan lah itu...

    ReplyDelete