Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

16 July 2010

ketika alam berbicara

keserahan manusia semakin merajai diri setiap manusia. dalam benak manusia yang ada hanya bagaimana dia mampu menciptakan sesuatu, mendapatkan apa dia inginkan. semua berlomba-lomba dalam sebuah kekuasaan. memaksakan diri agar mampu ikut bersaing dengan dalam kakayaan, meski harus mengorbankan keluarga, bahkan mungkin harus mengorbankan sebuah kehormatan harga diri. tidak ada terang yang terpancar dalam pandangan mereka. semua tertutup oleh rasa dahaga yang begitu besar akan sebuah kekuasaan. banyak keindahan-keindahan alam yang kemudian digantikan dengan polusi-polusi serta limbah pabrik tanpa memperhitungkan sebuah dampak dalam kehidupan bersama. mereka hanya memperhitungkan akan kekenyangan perut-perut mereka sendiri.

saling berperang dengan kemajuan technology untuk menciptakan gedung-gedung pencakar langit. dengan keuntungan yang mereka raup dari hasil memperkosa ibu pertiwi dengan penuh serakah dan rakus. tanpa adanya dasar sebuah cinta untuk menjaga keelokan setiap sudut alam. mata nereka memang telah dibutakan oleh hasrat mereka sendiri untuk berkuasa, hati nurani yang telah mati tertembak oleh uang yang entah dari mana saja mereka dapatkan. alam yang tadinya hanya pasrah ketika mereka keruk semua yang ada pun mulai memperingatkan manusia. jika manusia punya ambisi untuk memperkaya diri dengan kekuasaan dan harta, alam pun mempunyai murka yang sangat mengerikan, hingga mampu menciptakan lautan air mata kehilangan sanak keluarga. mampu merobek kesunyian menjadi gemuruh rintih tangis.

dan juga mampu merubah wanginya hidup menjadi bau amis tanpa kehidupan, yang ada hanyalah bangkai-bangkai yang menjadi santapan para lalat. bangkai yang terbujur membusuk dengan keserakahan serta ulahnya sendiri. tidak ada ampun bagi siapapun ketika alam murka, setelah kerusakan-kerusakan yang telah manusia kasihkan sebagai balasan atas keindahan yang alam suguhkan dalam kehidupan. ironisnya, amukan alam yang sudah sering terjadi tidak membuat manusia jera, mereka selala dan selalu memperkosa ibu pertiwi, tanpa kenal nurani. "wahai kalian manusia semua, sayangilah aku seperti aku menyayangi kalian dengan apa yang aku suguhkan untuk kalian" begitu kira-kira gumam alam yang terngaung dalam hembus angin, untuk mencoba mengingatkan manusia dengan memohon. namun hasrat yang sudah semakin naik dalam diri manusia untuk mencapai apa yang mereka inginkan, tidak mampu mendengar gumam alam. lalu bersiaplah kalian manusia untuk menghadapi murka alam selanjutnya, karena alam akan mengungkapkan kekesalannya penuh murka, selagi masih terus diperkosa oleh para manusia.

0 komentar:

Post a Comment