Sebelum tulisan ini terlalu banyak merangkai sebuah kata, perlu diketahui dan digaris bawahi bahwa ini bukanlah sebuah pendewaan ataupun upaya mengagungkan yang namanya cinta, karena bukan itu yang diharapkan oleh cinta, dan cinta juga bukan Tuhan, namun cinta ada dalam setiap keputusan Tuhan terhadap kebahagiaan umatnya. Ini hanya sebuah upaya untuk meluruskan atas ketulusan yang ada dalam konsep kebahagiaan dari cinta, itu saja dan tidak lebih. Selamat membaca!!!!!
Jika berbicara cinta, tentu berbicara kehidupan, hubungan antar sesama dan juga hubungan dengan semesta alam, karena cinta pasti ada diantara itu semua. Cinta memang merupakan hal yang selalu tabu untuk didefinisikan, namun juga merupakan sesuatu yang tidak mungkin dapat dihindari dalam kehidupan. Karena cinta merupakan bagian dalam cerita kehidupan, apa lagi jika berbicara cinta dalam hubungan sesama manusia, terutama dalam kehidupan remaja yang banyak sekali cerita tentang cinta. Bahkan mengagungkan yang namanya cinta, meski kadang bercerita tentang keluhan-keluhan atas permasalahan karena cinta dalam kehidupan mereka. Dalam cerita remaja yang identik dengan masa-masa penasaran akan hal-hal baru, dalam artian selalu ingin mencoba sesuatu yang sedang menjadi trend masa itu. Yah,,itulah sebuah meanstreem yang sudah melekat dalam jiwa para remaja, jiwa yang penuh dengan semangat membara. Meskipun kadang semangat itu disalah tempatkan pada hal-hal yang sebenarnya hanya akan menjerumuskan mereka pada lubang yang teramat dalam, lubang yang seolah jurang curam dan jauh dibawah kebahagiaan. Namun bagi sebagian mereka itu merupakan sebuah seni dalam menyikapi hidup, cara mengetahui sebuah tujuan hidup dari sisi yang berbeda. Itu yang ada dalam sebagian fikiran mereka, itu yang mereka anggap kebenarannya. Sebuah kehidupan yang selalu dengan cerita sama, selalu dengan permasalahan yang sama juga, yakni cinta yang ada dalam kehidupan mereka.
Banyak diantara mereka yang terlalu sibuk dalam mengejar yang namanya cinta, padahal sebenarnya hanya mengedepankan sebuah gengsi yang besar, gengsi tidak memiliki orang yang mencintai mereka dalam ikatan kekasih. Begitu sebenarnya realitas yang ada dalam cerita remaja. Cerita yang selalu menaruh harapan besar akan kebahagiaan pada cinta, namun juga cerita yang selalu dibikin heboh kala mereka merasa lara akan luka karena cinta. Remaja memang lah sebuah masa yang memiliki banyak kesempatan untuk menuai sebuah cerita, kadang mereka juga begitu semangat dalam berkreasi untuk menciptakan serta memodivikasi cerita mereka agar nampak diselimuti kebahagiaan dengan mengatas namakan cinta. Meskipun kebenarannya mereka hanyalah mencari sebuah tempat untuk menyalurkan hasyrat dengan berlabel cinta. dengan kata lain mereka hanyalah mengatasnamakan cinta atas hasyrat dan nafsu mereka, tentu ini hanya berlaku bagi sebagian besar remaja dan tidak semuanya seperti itu. pernyataan ini hanya lah sebuah saksi atas realitas para remaja, yang masih tergolong labil dalam memutuskan sesuatu.
Sebenarnya cinta yang sering kali dipermasalahkan oleh kebanyakan remaja itu tidak lah pantas untuk disalahkan, karena cinta selalu menawarkan konsep kebahagiaan dalam setiap kehidupan. Jelas, karena remaja juga manusia begitupun para orang tua ataupun anak-anak. Sedang manusia ada dalam dunia juga berlandaskan karena cinta, cinta yang telah membuat adam dan hawa diturunkun kebumi, kemudian cinta juga yang telah membuat adam dan hawa melahirkan generasi baru, begitu seterusnya hingga sampai pada kelahiran kita semua. Begitu lah cinta dalam melatar belakangi kesejarahan manusia, dan tidak bisa dipungkiri juga dalam setiap proses kelahiran manusia juga ada cinta dari sang Pencipta, sang Maha Segalanya, karena Dia yang Maha Mencintai dan Maha memiliki cinta. Karenanya cinta selalu menawarkan kebahagiaan, karena Tuhan pun memiliki cinta pada umatnya. Maka merugilah kalian yang tidak memiliki cinta, dan sangat disayangkan bagi kalian yang telah mengatasnamakan cinta hanya untuk hasyrat belaka atau mengemas nafsu dalam bingkai cinta. Jika yang demikian, maka bersiaplah untuk memetik sebuah penyesalan dikemudian hari, dan jangan harapkan kebahagiaan, karena keebahagiaan itu selalu berlandaskan ketulusan. Jika sudah begini, pasti akan banyak bermunculan berbagai pertanyaan, jika cinta selalu menawarkan sebuah konsep kebahagiaan, lantas kenapa banyak kasus bunuh diri hanya karena putus cinta, atau frustasi hingga terjerumus pada obat-obatan terlarang, dan semua itu kebanyakan berlandaskan karena gagal menggapai kebahagiaan yang ditawarkan oleh konsep cinta. Sebenarnya jika dikaji lagi, kasus-kasus bunuh diri yang dikatakan karena cinta, atau kasus-kasus yang lain dan karena cinta juga, ini sangatlah kurang tepat bahkan pantas untuk dibantah, cinta tidak lah memiliki peran dalam kasus-kasus seperti itu, hal-hal seperti bunuh diri karena putus cinta itu merupakan kurangnya pemahaman atas cinta itu sendiri, serta gaya yang tidak sehat dalam mengemas cinta pada sebuah jalinan kekasih atau pacaran, al-hasil cinta lah yang dianggap menjadi penyebab hilangnya nyawa atau bahkan matinya moral. Padahal itu semua merupakan murni karena ulah masing-masing individu yang kurang memahami sebuah cinta. Dan juga kasus yang seperti itu biasanya terjadi karena telah mengagungkan yang namanya cinta, bukan merasakannya dengan penuh ketulusan.
Ingat Tuhan menciptakan kehidupan didunia atas dasar cinta, sedang dalam cinta itu terdapat ketulusan yang teramat besar. Dan ketika kehidupan mulai berantakan, apakah itu karena cinta Tuhan???tentu bukan, tetapi karena kita semua yang kurang memahami cinta dan kurang mensyukuri cinta Tuhan pada kita semua. Karenanya berhentilah menyalahkan cinta, saat merasa terpuruk menghadapi kesedihan, terutama yang melibatkan perasaan dan hati. Kembali lihat diri kita sendiri seberapa nista tanpa adanya cinta, seberapa bobrok tanpa memiliki cinta, karena cinta itu selalu menawarkan konsep bahagianya dengan penuh ketulusan. Tinggal bagaimana kita untuk menggapai itu semua, tentu dengan bekal ketulusan juga jika ingin menggapai kebahagiaan dari cinta.
Jika berbicara cinta, tentu berbicara kehidupan, hubungan antar sesama dan juga hubungan dengan semesta alam, karena cinta pasti ada diantara itu semua. Cinta memang merupakan hal yang selalu tabu untuk didefinisikan, namun juga merupakan sesuatu yang tidak mungkin dapat dihindari dalam kehidupan. Karena cinta merupakan bagian dalam cerita kehidupan, apa lagi jika berbicara cinta dalam hubungan sesama manusia, terutama dalam kehidupan remaja yang banyak sekali cerita tentang cinta. Bahkan mengagungkan yang namanya cinta, meski kadang bercerita tentang keluhan-keluhan atas permasalahan karena cinta dalam kehidupan mereka. Dalam cerita remaja yang identik dengan masa-masa penasaran akan hal-hal baru, dalam artian selalu ingin mencoba sesuatu yang sedang menjadi trend masa itu. Yah,,itulah sebuah meanstreem yang sudah melekat dalam jiwa para remaja, jiwa yang penuh dengan semangat membara. Meskipun kadang semangat itu disalah tempatkan pada hal-hal yang sebenarnya hanya akan menjerumuskan mereka pada lubang yang teramat dalam, lubang yang seolah jurang curam dan jauh dibawah kebahagiaan. Namun bagi sebagian mereka itu merupakan sebuah seni dalam menyikapi hidup, cara mengetahui sebuah tujuan hidup dari sisi yang berbeda. Itu yang ada dalam sebagian fikiran mereka, itu yang mereka anggap kebenarannya. Sebuah kehidupan yang selalu dengan cerita sama, selalu dengan permasalahan yang sama juga, yakni cinta yang ada dalam kehidupan mereka.
Banyak diantara mereka yang terlalu sibuk dalam mengejar yang namanya cinta, padahal sebenarnya hanya mengedepankan sebuah gengsi yang besar, gengsi tidak memiliki orang yang mencintai mereka dalam ikatan kekasih. Begitu sebenarnya realitas yang ada dalam cerita remaja. Cerita yang selalu menaruh harapan besar akan kebahagiaan pada cinta, namun juga cerita yang selalu dibikin heboh kala mereka merasa lara akan luka karena cinta. Remaja memang lah sebuah masa yang memiliki banyak kesempatan untuk menuai sebuah cerita, kadang mereka juga begitu semangat dalam berkreasi untuk menciptakan serta memodivikasi cerita mereka agar nampak diselimuti kebahagiaan dengan mengatas namakan cinta. Meskipun kebenarannya mereka hanyalah mencari sebuah tempat untuk menyalurkan hasyrat dengan berlabel cinta. dengan kata lain mereka hanyalah mengatasnamakan cinta atas hasyrat dan nafsu mereka, tentu ini hanya berlaku bagi sebagian besar remaja dan tidak semuanya seperti itu. pernyataan ini hanya lah sebuah saksi atas realitas para remaja, yang masih tergolong labil dalam memutuskan sesuatu.
Sebenarnya cinta yang sering kali dipermasalahkan oleh kebanyakan remaja itu tidak lah pantas untuk disalahkan, karena cinta selalu menawarkan konsep kebahagiaan dalam setiap kehidupan. Jelas, karena remaja juga manusia begitupun para orang tua ataupun anak-anak. Sedang manusia ada dalam dunia juga berlandaskan karena cinta, cinta yang telah membuat adam dan hawa diturunkun kebumi, kemudian cinta juga yang telah membuat adam dan hawa melahirkan generasi baru, begitu seterusnya hingga sampai pada kelahiran kita semua. Begitu lah cinta dalam melatar belakangi kesejarahan manusia, dan tidak bisa dipungkiri juga dalam setiap proses kelahiran manusia juga ada cinta dari sang Pencipta, sang Maha Segalanya, karena Dia yang Maha Mencintai dan Maha memiliki cinta. Karenanya cinta selalu menawarkan kebahagiaan, karena Tuhan pun memiliki cinta pada umatnya. Maka merugilah kalian yang tidak memiliki cinta, dan sangat disayangkan bagi kalian yang telah mengatasnamakan cinta hanya untuk hasyrat belaka atau mengemas nafsu dalam bingkai cinta. Jika yang demikian, maka bersiaplah untuk memetik sebuah penyesalan dikemudian hari, dan jangan harapkan kebahagiaan, karena keebahagiaan itu selalu berlandaskan ketulusan. Jika sudah begini, pasti akan banyak bermunculan berbagai pertanyaan, jika cinta selalu menawarkan sebuah konsep kebahagiaan, lantas kenapa banyak kasus bunuh diri hanya karena putus cinta, atau frustasi hingga terjerumus pada obat-obatan terlarang, dan semua itu kebanyakan berlandaskan karena gagal menggapai kebahagiaan yang ditawarkan oleh konsep cinta. Sebenarnya jika dikaji lagi, kasus-kasus bunuh diri yang dikatakan karena cinta, atau kasus-kasus yang lain dan karena cinta juga, ini sangatlah kurang tepat bahkan pantas untuk dibantah, cinta tidak lah memiliki peran dalam kasus-kasus seperti itu, hal-hal seperti bunuh diri karena putus cinta itu merupakan kurangnya pemahaman atas cinta itu sendiri, serta gaya yang tidak sehat dalam mengemas cinta pada sebuah jalinan kekasih atau pacaran, al-hasil cinta lah yang dianggap menjadi penyebab hilangnya nyawa atau bahkan matinya moral. Padahal itu semua merupakan murni karena ulah masing-masing individu yang kurang memahami sebuah cinta. Dan juga kasus yang seperti itu biasanya terjadi karena telah mengagungkan yang namanya cinta, bukan merasakannya dengan penuh ketulusan.
Ingat Tuhan menciptakan kehidupan didunia atas dasar cinta, sedang dalam cinta itu terdapat ketulusan yang teramat besar. Dan ketika kehidupan mulai berantakan, apakah itu karena cinta Tuhan???tentu bukan, tetapi karena kita semua yang kurang memahami cinta dan kurang mensyukuri cinta Tuhan pada kita semua. Karenanya berhentilah menyalahkan cinta, saat merasa terpuruk menghadapi kesedihan, terutama yang melibatkan perasaan dan hati. Kembali lihat diri kita sendiri seberapa nista tanpa adanya cinta, seberapa bobrok tanpa memiliki cinta, karena cinta itu selalu menawarkan konsep bahagianya dengan penuh ketulusan. Tinggal bagaimana kita untuk menggapai itu semua, tentu dengan bekal ketulusan juga jika ingin menggapai kebahagiaan dari cinta.
0 komentar:
Post a Comment