Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

06 May 2011

Ingin Ku Bunuh "Waktu"

entahlah, bahkan saat ini aku sungguh benar-benar tidak mampu memahami tentang situasi yang begitu serasa memojokan. saat ini malam semakin berambisi menyiksaku, dengan sepi dan sunyi itu. sementara bintang, yang menjadi harapan pancaran sinarnya terhadapku, kian jauh bahkan tak terlihat nampak. sungguh aku serasa berdiri sendiri, dengan terpaan cambuk sunyi malam, sakit, pilu, terlebih saat aku memilihat sisa-sisa bintang itu bergeser beralih menyinari. disudut singgasana yang berbeda, yach,,,disana arah pancaran sinar bintang itu menerpa. aku iri, aku ingin menjadi obyek pancaran bintang itu, diterangi dengan mesra dan penuh kasih kelembutan. dulu, sinar bintang itu begitu terasa dipori kulitku, hangat, indah, dan memabukan.

namun kini, lagi-lagi perputaran waktu mengalahkanku, menenggelamkanku dari harapan-harapan kecil itu. aku benci dia, aku benci waktu, dia terus mengambil segala yang berarti untukku. kecilku dulu sudah ia renggut, dan saat itu aku masih bisa menerima dengan diamku, namun sesuai perjalanan masa waktu justru semakin menjadi, ia terus gerogoti mudaku, ia ambil bintangku dari sini, lalu ia berikan pada yang lain. aku benci, benci dengan waktu.
ia bahkan mengambil mimpi-mimpiku yang sudah sekian lama aku rencanakan, aku susun berlahan, tapi apa??kekejaman waktu ternyata tak memandang hal itu, ia tetap mengambil mimpiku. dan kini aku kembali berusaha menata ulang mimpiku.

dari kejauhan aku nampak melihat waktu tertawa sinis, menatapku dengan penuh kesombongan. tatapan itu, jelas aku sangat membencinya, benci sekali. dan malam ini, dalam kegelapan aku semakin lunglai, hampir menuai asa, pepohonan, bintang, semua mendukung waktu untuk menertawakanku. sendiri, aku sendiri melangkah tertatih, dengan tujuan entah kemana. yang jelas aku ingin mengalahkan waktu, memberi pelajaran terhadapnya, atas direnggutnya mereka yang aku sayang dari sampingku.

semua karena waktu, lagi-lagi waktu membuat keadaan serumit ini, memaksaku untuk memilih yang bahkan aku tidak bisa untuk memilihnya. andai saja waktu tidak ikut campur dengan semua ini. ah...kebenciaku memuncak, berkecamuk dalam otak. dan hanya mampu berteriak "aku benci padamu, waktu". namun dengan kesombongannya dia tetap santai, dengan senyuman sinis dia berkata "silahkan saja kau membenciku, yang tidak akan sanggup kau mengalahkanku" lalu tertawa bangga.

geram, aku sangat geram saat ini. karena waktu masih terus mengejekku, manatapku dengan penuh iba, padahal aku masih sanggup melangkah meskipun harus tertatih. "aku tak butuh ibamu, yang aku inginkan kau mau kembalikan semuanya yang telah kau renggut dariku" denngan lantang aku teriakan hal itu. namun bukan seperti yang ku harapkan, sang waktu lagi-lagi hanya tersenyum dengan sinis penuh iba.

akhirnya, dengan sisa tenaga aku kumpulkan semuanya, lalu aku paksakan raga ini berlari sekencang mungkin, berlari menjauh dari situasi ini. tapi aneh, aku serasa jalan ditempat, sedari tadi hanya berputar dan berujung ditempat yang sama, yakni disamping sang waktu. tempat yang sangat aku benci.

ketika aku mencoba lagi untuk berlari, mencoba dan terus mencoba, justru waktu semakin tertawa bangga. kebencianku semakin liar, memancing ego untuk keluar. namun dengan sebisa mungkin aku menahannya dalam sangkar jiwa.

kaget, terpana, malu, ketika aku melihat segerombolan orang ikut menertawakanku. aku dianggap sudah gila, karena telah mencaci sang waktu, namun kebencianku membungkan rasa semua itu. aku tetap dengan tekadku untuk mengalahkan sang waktu. menuntut untuk mengembalikan semua yang telah direnggut dariku, dan aku pun kembali berlari, berharap sang waktu tidak lagi mampu mengejarku.

namun sayang, ketika diujung persimpangan masa, aku dikagetkan dengan tawa mengejek. ternyata sang waktu sudah berada disini sedari tadi, aku kalah, lemah lalu terkapar tak berdaya. meringkuk dengan ambisiku, membujur dengan kebencianku.

dan aku terbangunm ketika terik mentari menyengat pori, berlahan aku bangkit, dan ku tatap sekitar. semua tandus, gersang, tak kehidupan disini, ku cari-cari aroma jiwa namun tak ku dapati. waktu, yach,,,dimana dia, dimana si sombong itu berada. ku dongakan kepala menghadap sang surya, ku lihat waktu sedang merangkulnya dengan manja. bersanding, mengejek, sembari menertawakanku. dia bahkan mampu bersanding dengan sang surya, sungguh aku sangat membencinya, dan "ingin ku bunuh waktu".

0 komentar:

Post a Comment