Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

18 September 2011

Air Mata Ku



mataku sayup
berlahan ku rasakan genangan
butiran-butiran kristal berangsur
menetes, bahkan mengalir diantara kelopak
saling berbondong mengisyaratkan
kesedihan yang meronta tak terkendali

seolah mewakili teriak jerit lara
yang menngaung dalam dinding angkasa raya
dengan kepak sayap kesedihan
kurangkul kegelapan
kugandeng kesunyian

iya...
hanya dengan mereka tangis ini berkawan
kebahagiaan kini telah kibarkan bendera permusuhan
atau menjauh tertelan dalam kegelapan
terkalahkan oleh kesedihan mendalam

ditumbangkan dengan mortir-mortir air mata
hanya aku sendiri disini
hanya aku...
dengan kesedihan dalam lingkaran air mata





september akhir, sebagai awalan dalam 60 hari menulis puisi 
dalam toples lembaran lama tetesan tinta

0 komentar:

Post a Comment