Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

08 May 2012

Catatan tanpanJudul


Entah, ada apa sesungguhnya dengan kehidupan ini kawan. Semua tampak begitu samar, abu-abu tak jelas. Esensi kian terlupakan oleh gaya hidup model kebaratan. Kebebasan yang disalah artikan atau mungkin kebebasan yang kebablasan. Terjadi multi tafsir dalam banyak perspektif pemikiran masing-masing individu tentang makna kebebasan.

Bagiku, saat usia kian menjumpai kematangan dalam hitungan statisik angka. Kesiapan untuk melangkah menuju masa depan justru semakin tiada. Bahkan seolah dalam setiap langkah ku dapati keragu-raguan yang kian nyata.

Apa kelak aku akan sukses..??
Apa kelak aku akan bahagia..??

Apa kelak akan ku jumpai mimpi-mimpi ku..??
Atau justru aku akan terpental dari mimpi-mimpi ku yang sudah lama ku susun. Aku sungguh tak tahu. Dan aku juga di liputi rasa takut yang teramat sangat. Apakah ketakutan ku ini berlebih? Padahal semua belum terjadi. Entahlah.

Bukan kah masa depan hanya sebuah ilusi yang tercipta atas dasar buah fikir kita. Agar langkah-langkah yang dilakukan kian tersistematis. Dan tentu memiliki tujuan. Lalu apa sesungguhnya kehidupan ini. Sekedar pengembaraan kah, atau sekedar perjalanan dalam menguak teka-teki yang tersimpan di dalam bumi. Kenapa justru saat-saat kedewasaan mulai dikatakan matang aku merasa semakin terjerembab dalam lumbung ketakutan yang tak menentu.

Akh, apa aku ini terlalu idealis kawan. Sedang sejatinya aku hanya berusaha mengisi ruas-ruas kekosongan yang kian hari terasa semakin hampa. Dan anehnya, aku bahkan tak mengerti tentang kehampaan tersebut bersumber atas dasar apa.

Apakah kehampaan yang ku rasa berkaitan dengan hubunganku dengan Tuhan yang serasa semakin buruk. Termasuk kewajaran-kewajaran yang ku asumsikan berdasarkan logika, sedangkan jika dapat ku tarik pada ajaran agama kewajaran tersebut merupakan momok dari implementasi dosa. Lagi-lagi tak ku ketemukan jawab atas risauku. Juga tak ku dapatkan penerangan akibat buah fikirku yang kian menggulita.
Lalu, benarkah hal ini akan ku biarkan melaju tenang pada trek kehidupan yang kian bercabang tak tentu. Aku juga tak tahu kawan.

Ah, mungkin benar adanya. Biar ku sampaikan risau ini pada dawai angin yang mengembang. Biar ku sampaikan juga pada lelembutan ombak laut yang kian keruh. Biarkan, biar semua menjadi saksi kehidupan semesta yang nantinya bakal hancur berdasarkan sangkakala. Tetap, semua berdasarkan kehendak Sang Dalang Kehidupan, Tuhan.

0 komentar:

Post a Comment