Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

25 September 2013

Menuju Arah Pulang

Aku berjalan menuju arah yang biasa disebut pulang
Dengan mengantongi risalah maaf yang terlihat disaku celana belakang
Terseok langkah menopang beban yang menghimpit
Parau isak dalam rapalan memohon pengampunan

Aku berjalan menuju arah yang biasa disebut pulang
Berjalan dengan harapan yang barangkali terpaut bintang saat malam
Langkah-langkah yang mengerti maksud dan tujuannya sendiri
Tidak dengan tuannya, nyanyian gagak terlalu riuh menerobos
pendengaran serta ke'kusuk'an

Aku berjalan menuju arah yang biasa disebut pulang
Sendiri awalnya, tapi tidak sebenarnya
Sebab pendar cahaya sore berkisah sosok tanpa nama, tanpa wajah juga
tanpa gurat senyuman
Hanya kakinya mengayuh langkah lebih cepat
Semangatnya, jelas masih terjaga dalam sucinya sebuah tujuan

Aku berjalan menuju arah yang biasa disebut pulang
Bersamanya sosok tak bernama namun nyata

Aku berjalan menuju arah yang biasa disebut pulang
Sendiri tanpa kawan meski hanya sebuah harapan

Aku terus berjalan dan bejalan terus
Melangkah menuju arah yang disebut pulang
Sendiri, sebab sosok tanpa nama itu adalah aku

Aku terus berjalan menuju arah yang disebut pulang
Disana, ada nisan yang tertulis sebuah nama
Ada kamboja yang menjadi peneduh wewangian kembang
Dan aku, nama yang terucap saat kata diatas nisan itu dapat tereja
oleh bibir-bibir pendoa dan penyiksa

2 comments:

  1. Aku berjalan menuju arah yang biasa disebut pulang, bukan klub malam. :D

    ReplyDelete
  2. heee iya begitu jauh lebih bijak

    ReplyDelete