Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

24 January 2014

Karena Daya Ingat Kita Terbatas, Maka Menulislah [Romantisme Sejarah]

Karena Daya Ingat Kita Terbatas, Maka Menulislah. Sebab dengan menulis suatu saat nanti kita dapat kembali mengenang setiap jengkal perjalanan, membuka setiap lembar kisah perjuangan kita. Dan saat kita membaca semua itu ketika usia kita sudah renta, disanalah sebuah romantisme sejarah dapat kita saksikan dengan begitu seksinya. Tentang diri kita dari sepuluh bahkan lima puluh tahun lebih muda atau sebaliknya. Nah, sudahkah kamu menulis hari ini? Jika belum, kenapa tak kau tuliskan saja ceritamu? Lusa atau beberapa tahun ke depan ceritamu akan dikenang sebagai sebuah kisah, kisah atas perjalananmu sendiri menuju fase-fase tertentu.

Seperti yang diuangkapkan oleh Milan Kundera bahwa "Menulis adalah upaya melawan lupa". Tentu saja hal tersebut sedikit banyaknya memiliki kebenaran yang harus kita amini. Bagaimana tidak, kita sebagai manusia yang sejatinya tidak pernah lepas dari hal yang namanya "lupa". Namun bukan berarti kemudian menjadikan ayat tersebut sebagai pembenaran untuk kita "melupa". Bukan kah semua sepakat bahwa manusia merupakan makhluk paling sempurna diantara makhluk ciptaan-Nya yang lain.

Lalu, apa hubungannya antara aktifitas menulis dengan daya ingat yang kita punya? baiklah, disini saya sama sekali tidak bermaksud mengatakan bahwa anda-anda sekalian tergolong manusia yang pelupa. Namun bagi diri saya pribadi "lupa" merupakan momok yang seolah keberadaannya adalah keniscayaan (padahal cuma mau bilang kalau saya pelupa).

Pertama, melalui menulis saya beranggapan bahwa ini merupakan upaya pendokumentasian pemikiran serta pandangan-pandangan yang saya miliki. Dengan harapan bisa dibaca dan dikoreksi dikemudian hari tanpa batas waktu (selama tulisannya masih tersimpan). Sederhananya, menulis dapat mambantu saya menitipkan pemikiran-pemikiran yang barangkali akan mudah sekali saya lupa ketika tidak menuliskannya.

Kedua, selain sebagai upaya pendokumentasian pemikiran menulis juga merupakan sebuah pembelajaran dalam menuangkan apa yang ada dalam kepala saya. Singkatnya saya mencoba menuliskan apa yang saya ketahui, alami, rasakan dan apapun yang saya anggap perlu untuk ditulis. Jika dalam Islam wahyu pertama adalah "iqra" yang berarti "bacalah", nah menulis ini juga tidak kalah penting dari pada membaca. Kedua aktifitas tersebut setidaknya harus diusahakan agar berjalan beriringan.

Ketiga, dalam menulis ada semacam kebebasan tersendiri dari sekedar berbicara ataupun berdialog. Setidaknya kita memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk mengoreksi tulisan kita sebelum kita publis untuk menjadi konsumsi publik. Berbeda ketika berbicara, ketika sudah salah berucap maka habislah sudah. Bukan kah lidah memang tak bertulang? namun tajamnya melebihi sebilah pedang. Tapi jangan salah ada juga yang menganggap bahwa "kata adalah senjata".

Keempat, menulis tidak ubahnya juga merupakan proses bercermin. Namun bercermin disini bukan kemudian berlenggak-lenggok didepan cermin. Melainkan upaya melihat kembali kemampuan diri dalam memahami sesuatu dan berusaha menyampaikannya kepada khalayak luas. Kalau dalam agama biasa disebutnya sebagai ilmu yang bermanfaat yaitu keilmuan yang kita pahami dan dapat memahamkan orang lain (kira-kira begitu).

Nah, mari manfaatkan kemajuan technologi ini dengan sebaik-baiknya. Salah satunya yaitu blog, di blog inilah kita dapat mengasah terus kemampuan menulis kita. Dengan azas keterbukaan yang seolah menghilangkan pembatas, melalui blog inilah kita dapat berbagi informasi tentang apapun. Saling menyapa melalui kata dan berderet tulisan, itulah yang hal yang paling menarik dari dunia blogging ini. Mulailah dari sekarang untuk aktifitas menulismu, esok atau beberapa tahun ke depan pasti akan lebih menggoda jalinan kita dengan sejarah kita sendiri. Karena itulah sebuah romantisme sejarah yang kita nantinya kita lakukan bersama-sama. Salam dan Happy Blogging.


5 comments:

  1. Alhamdulillah ... saya setuju kang. Menulis merupakan salah satu upaya agar nama kita abadi ... seperti ibnu kholdun, ibnu sina dan ghozali ... yg karyanya sampai sekarang masih menjadi rujukan para ahli...

    ReplyDelete
  2. iya bang, semoga kita selalu bisa menuliskan apa yang ingin kita tulis....semoga bermanfaat ya bang..salaaam

    ReplyDelete
  3. Sangat betul sekali. Pun aku telah memulainya.

    Mari sahabatku..
    Mari kita menulis..!

    ReplyDelete
  4. Setuju..menulis itu merekam jejak perjalanan dan mengukir sejarah hidup

    * Semangaat menulis, hasilkan karya yang positif ^_^

    ReplyDelete
  5. Yups, mari kita memulainya. Memulai untuk menulis, apapu itu. Salam sahabatku :))

    ReplyDelete