Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

14 November 2014

Kopi Pahit Itu Nikmat, Sementara Hidup?

Sebagai salah satu dari jutaan penikmat sekaligus pengagum eksotisme
kopi, tentu saja aku sangat menyukai kopi. Jangan cemburu dulu, sebab
aku penikmat kopi. Sementara kamu bukan untuk dinikmati, tapi untuk
dicintai. Bukan begitu??

Baiklah lupakan dulu soal cinta-cinta itu, kembali pada derap rayu si
kopi. Sebelum aku bertanya, aku kasih tahu dulu kalau aku cukup suka
pada kopi pahit. Ah, jangan tanya kenapa dulu? Nanti juga aku kasih
tahu alasannya, yah nanti beberapa baris kebawah.

Sebelum terlalu jauh, aku ingatkan dulu kalau disini aku bukan akan
membahas sisi positif maupun negatif dari kopi. Karena dua hal itu
bagiku terlalu mainstream di hal apapun. Karena itu aku memberi judul
tulisan kali ini "Kopi Pahit Itu Nikmat, Sementara Hidup?". Tentu
saja, kalian sedikit banyaknya bisa menelaah maksud dari judul
tersebut bukan?? Tentu saja, kalian pasti cukup kritis jika sampai
tersesat dan membaca tulisan ini.

Lalu apa hubungannya kopi pahit dengan dinamika hidup yang (sangat
mungkin) naik-turun/ tidak stabil ini. Disitulah point pentingnya,
dimana kopi yang bagi (sebagian) orang identik dengan rasa manis. Aku
justru lain, bagiku kopi ya jangan terlalu manis (pait lebih nikmat).
Alasannya bukan karena kadar gula berlebih itu tidak baik, melainkan
karena aku ingin menempa diriku. Bahwa kenyataan hidup tidak selamanya
akan manis. Sesekali kepahitan hidup pasti akan datang, entah kapan
waktunya.

Istilah kerennya "kenyataan tidak selalu berbanding lurus dengan apa
diharapkan". Nah, karena itu cobalah sesekali untuk merasakan paitnya
kopi. Syukur-syukur bisa menikmatinya, bukan apa-apa setidaknya biar
bisa mengecap nikmatnya kopi pait. Siapa tahu, dari situ akan membuat
kita terbiasa dengan hal-hal pait salah satunya kepahitan hidup. Jika
sudah terbiasa (siap) menghadapi pahitnya hidup, tentu saja akan
memudahkan kita untuk tetap bersyukur. Meskipun sedang dalam keadaan
kurang baik sekalipun.

Sebenarnya dulu aku pernah menulis hal serupa, yaitu bagaimana kita
bisa tetap bersyukur atas apa yang sudah kita dapat dan punyai. Hanya
saja kali ini lebih spesifik, yaitu pada point kopi pait. Ah, kopi
memang selalu asik dan nampak romantis dengan hujan. Terlebih bila
sudah ketemu sama si singkong, hemmm pastilah langsung klop.
Barangkali seperti kawan lama yang baru berjumpa, keduanya langsung
terlibat percakapan intim. :))

Baiklah kawan, mungkin itu dulu cerita pagi ini. Jika diantara kalian
ada penikmat coklat, tak mengapa. Bukankah diantara kita tidak harus
seragam?? Dan berbeda juga bukan alasan untuk tidak berkawan. Karena
itu, siapapun kalian, penikmat apapun kalian, jika sudah membaca
sampai sini pastilah kalian masuk dalam lingkaran orang-orang tersesat
di jalan yang benar. Hehehee salam kopi dan #HappyBlogging.

2 comments:

  1. seperti kata Dee, pada Filosofi Kopi
    "Kita tidak bisa menyamakan kopi dengan air tebu. Sesempurna apa pun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan"

    ReplyDelete