Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

26 December 2014

Cinta Kasat Mata: Perjuangan Seorang Romeo Demi Nyai

Aku mengenal manusia satu ini sekitar empat/ lima tahun lalu. Awal
perkenalan tidak ada gelagat aneh sama sekali, semuanya terlihat
normal-normal saja. Barangkali lebih baik aku menamainya menggunakan
inisial saja, anggaplah namanya R. A. P. Perawakan tambun, selera
musiknya aih metal gaes. Bahkan kadang aku tak mengira kalau ia sedang
bernyanyi. Terang saja, bagiku seperti orang teriak-teriak tak tentu.
Namun jujur, setelah tahu liriknya betapa itu lagu dengan penuh gairah
melawan, membongkar, hingga mengkritisi. Satu lagi yang dalam
pandangan kami dan kerap kami gunakan untuk membully yaitu tingkat
kejombloannya yang barangkali akut.

Ah, apalagi yang dilakukan pemuda saat sudah berkumpul dalam lingkaran
kopinya selain saling membully satu sama lain. Aktifitas itu sudah
seperti ritual keakraban yang menyatu dengan malam. Dan di era ini,
tema Jomblo sukses menjadi primadona dalam hal pem-bully-an. Aktifitas
saling bully seolah tak pernah lepas ketika diantara kami sudah
berkumpul. Anehnya, masing-masing diantara kami sudah tahu kalau akan
di bully ketika diajak kongkow, namun tetap saja datang.

Baiklah kembali ke konteks "Cinta Kasat Mata: Perjuangan Seorang Romeo
Demi Nyai". Pada suatu masa R. A. P mengungkap soal cinta hampir di
semua media sosialnya, mulai facebook, twitter, path, BBM dan lain
sebagainya (betapa banyak model medsos). Terang saja hal itu mengusik
akal sehat kami semua, sebab predikat jomblo akutnya yang ia sandang
bertahun-tahun. Terlebih ungkapnya tentang cinta tidak hanya satu dua
kali, melainkan secara terus-menerus, setelah cinta lalu rindu, lalu
yang paling membuat kami tercengang yaitu ketia R. A. P mengungkap
nyai (masih dalam medsosnya). Seolah ia ingin mengabarkan pada kami
dan seluruh pengguna medsos, bahwa ia bisa merasakan jatuh cinta,
bahwa Jomblo bukan berarti tak berperasa akan indahnya cinta seorang
nyai. Ia bisa, ia mampu, hanya saja barangkali cintanya kasat mata.
Kalau dalam sebuah lagu biasa disebut mencintai dalam diam. Nah lho!!!

Jujur saja, sebenarnya aku curiga kawan satu ini mendabat bisikan
seperti halnya yang dikatakan oleh John Carter kepada keponakannya
untuk jatuh cinta. "jatuh cintalah" begitu ungkap John Carter sebelum
akhirnya ia melintasi waktu ke Mars hanya dengan mengucap "Bashroom".
Dan pesan Johan Carter menggema seantero bumi hingga terdengar oleh R.
A. P, sejak itu ia seolah berubah menjadi Khalil Gibran. Apapun yang
ia lihat, dapat dijadikan sebagai inspirasi untuk berpuisi. Dan nyai,
ah nyai macam apa yang sudah membuat kawan satu ini demikian mudah
mesam-mesem sendiri di pojok kamarnya. Ada yang bilang, soal cinta itu
antara logis dan tidak logis, sebab logika tidak selamanya berfungsi
untuk mendebat cinta. Alahemm....

Sayangnya, hingga tulisan ini ku muat kami semua belum bisa menelaah
makhluk seperti apa "Nyai" yang beberapakali masuk dalam deretan puisi
R. A. P. Namun dalam pandangan hemat kami, banyaknya puisi tentang
"Nyai" yang di buat oleh R. A. P tidak mampu mengubah status jomblo
akutnya. Puisi-puisi itu, rapalan nyai yang berulangkali, menurut kami
hanya mampu merubah tema pem-bully-an di meja kopi, tak lebih. Kabar
terakhir dari mata-mata yang melapor yaitu, saat ini R. A. P sedang
berjuang melawan lapar, sebuah upaya pembakaran lemak. Tidak lain,
semua dilakukan demi "nyai", demi cinta yang selama ini menggantung
diantara abjad-abjad puisinya.

Cinta Kasat Mata merupakan cinta tak nampak di permukaan kopi dan
cangkir. Sementara Sebuah Perjuangan Romeo Demi Nyai merupakan proses
penanggulangan rasa pakewuh dalam mengungkap dikemudian hari. Inilah
spekulasi sebuah rasa, argumentasi dari pengamat, dan jika kamu (R. A.
P) merasa perlu untuk melakukan klarifikasi atas ini semua. Maaf aku
hanya menerimanya jika kamu melakukannya lewat tulisan juga. Dan untuk
mendamaikan semua yang terlibat, mari terbahak bersama.
Ha...Ha...Ha....

0 komentar:

Post a Comment