Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

13 March 2015

Untukmu, Cyberangjalan

Hai selamat siang menuju sore, rasanya lama sekali tidak menulis disini. Alih-alih kesibukan yang klasik, padahal ngetuit lancar tuh. BBM juga tiap menit ganti, belum pamer foto, nge-line, wechat, ah maafkanlah. Manusia memang kerap begitu, kadang semangat luar biasa dan kadang juga ogah-ogahan, tapi apa daya sebagai manusia aku harus menyebut yang demikian itu sikap manusiawi. Bukan kah begitu? Aku anggap kau sepakat, begitu biasa orang jawa bilang, diam tanda sepakat.

Jadi bagaimana kabarmu? Masihkah kau mengimani arti sebuah kesetiaan?
Oh tentu, sosok yang mendedikasikan dirinya sebagai bayangan pastilah setia. Aku sama sekali tak meragukannya, kau tau itu. Namun pertanyaanku bukan soal itu, aku mempertanyakan hal paling sederhana dalam dunia tanya-menanya, kabar. Bukankah tak sulit untuk menjawab "baik" atau "buruk", atau pilih kalimat yang sedikit kompromis "seperti yang kau lihat" misalnya. Tapi ya sudahlah, tak etis juga rasanya jika aku memaksamu menjawab pertanyaan sederhana itu. Toh antara aku dan kau hanya berusaha menggunakan hak kita, basa-basi. Biar angin malam yang mengabarkan pada khalayak, kalau siang ini kita bertemu, bahkan bercumbu. Biarkan kopi turut cemburu atas percumbuan kita ini, bukankah hanya dengan menulis begini aku bisa menyapamu? Ah, cyberangjalan.

Maka sudahi saja perdebatan, toh aku hanya ingin menyapa, sekedar ingin tau kabarmu. Kalau mau berdebat lain kali saja, setidaknya biar aku menyiapkan catatan kecil. Kau taulah, aku tak seintelek kau. Lagi-lagi kau juga tau itu, bukankah berdebatan kita yang sudah-sudah lebih banyak aku yang mencuri ilmumu? Ah, untuk yang satu ini jelas kau tak tau. Karena hukum pencurian itu diam-diam, kecuali koruptor dan begal.

Oh ya, bagaimana kopimu? Sajakmu yang dulu tak ku mengerti itu sudah selesai? Kalau sudah kabari aku, aku ingin membacanya saat senja nanti. Mungkin disebuah pantai, jumat begini biasanya ada tradisi nelayan meruwat perahu. Pasti syahdu. Apa kau akan ikut? Saranku lebih baik jangan, karena saat aku diposisi itu sudah pasti segalanya akan aku cuekin, sebab saat seperti merupakan moment untuk melupa. Tuhan Maha Hebat dalam mencipta dan menyuguhkan keindahan alam. Selalu.

0 komentar:

Post a Comment