Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

29 March 2015

Terimakasihku

Selamat pagi, selamat menikmati minggu terakhir di bulan Maret ini. Jangan keluhkan hal-hal buruk, soal yang telah lalu biarkan saja ia menjadi sebutir kenangan yang telah tertinggal. Sebagai pribadi yang bijak, ambillah sebuah pelajaran dari sana untuk kebahagiaan di pagi ini. Bukankah begitu ungkap para motivator, ambil pelajaran, teguk hikmahnya, selalu.

Terimakasih buatmu, yang tak henti dan lelah secara bertubi-tubi memberi kritik yang menampar pedas atas pribadi yang kerap kali mbalelo ini. Terimakasih atas kegigihanmu untuk itu, meskipun mbalelo merupakan sikap yang kerap terulang dan terulang secara beruntun. Namun tamparan kritik itu juga ikut berulang dan terus berulang.

Seperti hal lain, aku kerap mengagumi senja saat sore seperti kebanyakan orang. Menjadikan senja sebagai objek kebanggaan untuk diabadikan dalam potret, lalu memamerkan kepada seluruh khalayak diberbagai media sosial. Namun bagimu, ah kamu selalu memiliki kejutan-kejutan tak terduga. Katamu, senja itu menakutkan, ia membawa misi diam-diam yang sebagian kita tak mengetahuinya. Yah, kamu bilang senja hanya akan menjadi gerbang pembuka malam dan keberakhiran. Aku benci malam, katamu.

Adanya senja hanya akan membuat pasangan kita menemukan alibi untuk menyudahi kebersamaan, setelah itu kembali perpisahan. Senja juga menjadi sebuah titik penantian para buruh yang jenuh dalam pekerjaan, sebuah tanda keberakhiran segala aktifitas yang syahdu itu. Lalu malam datang, tak lama kemudian dunia ini hening, tiada lagi gemuruh percakapan orang-orang, tiada lagi lalu-lalang kehidupan yang aduhai. Orang akan menjadi buru-buru, menafikan segala yang dijumpai dijalanan, walaupun hanya menyapa basa-basi.

Berbeda dengan fajar, katamu ia begitu tulus saat pagi hadir sebagai pembuka hari penuh harapan. Orang-orang akan bangun dan mandi, lalu memulai aktifitas apa saja demi sebuah impian. Ia akan menawarkan banyak tawa, kalaupun ada air mata seolah-olah hanya sebagai awal untuk tawa yang kekal. Terimakasih untuk semua pelajaran, semua hal yang telah menjadikanku gairah dan sumringah. Tentu saja, terimakasih telah memberi pandangan yang berbeda soal senja dan fajar. Keduanya memang sam-sama memiliki unsur keindahan. Namun kedua juga memiliki arti yang berbeda, memiliki maknanya masing-masing.

Seperti halnya senja dan fajar, pun kamu memiliki unsur keindahan tersendiri. Keindahan yang bahkan tidak dipunyai oleh senja dan fajar. Ah, kalau-kalau tulisan ini merambah pada pengaguman yang buta, mama maafkanlah. Semua hanya rasa terimakasih atas banyak hal yang dapat ku serap. Pelajaran, hidup, cinta, persahabatan, semuanya. Semua tentangmu, violet.

0 komentar:

Post a Comment