Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

14 April 2015

Candi Ijo Yogyakarta: Cukup Bayar Parkir dan Isi Buku Tamu

Siapa yang mengenal kota Yogyakarta, Daerah Istimewa yang nampaknya tidak pernah kehabisan serba-serbi keindahan untuk terus dibicarakan. Kota yang akrab di juluki sebagai kota Gudeg ini, memanglah banyak disebut-sebut sebagai kota dengan biaya hidup relatif murah. Dengan pengelolaan budaya dan tradisi yang kental, nampaknya Jogja patut menjadi kiblat dalam upaya meningkatkan nilai-nilai kearifan lokal. Namun disini saya tidak akan membahas panjang lebar soal Yogyakarta, kalian cukup gugling aja deh untuk tahu lebih banyak mengenai kota pelajar satu ini. hehe



Backpacker atau nama lain untuk wisatawan yang mengandalkan tas ransel dengan bekal minim, kira-kira  begitulah apabila diartikan dengan kamus bebas. Nah, seperti diatas sudah saya sebutkan Jogja merupakan salah satu kota yang memiliki keunikan, dalam hal ini biaya makan yang tergolong lebih murah daripada daerah-daerah lain. Konon, yang begini ini merupakan surga bagi para backpacker, sesuatu murah namun bukan murahan.



Beberapa hari lalu saya berkunjung ke salah satu Candi, masyarakat Jogja menyebutnya dengan sebutan Candi Ijo. Lokasinya tidak tidak terlalu jauh dari Candi Ratu Boko, masih lurus ke selatan kira-kira 1 km, lalu ambil kiri dan ikuti saja petunjuk yang ada. Banyak kok dipinggir jalan arahannya, nah kebayang kan betapa ramah penduduk di Kota ini. Jadi kalian tidak perlu takut tersesat, kalaupun tersesat tanyalah pada masyarakat yang ada. Pasti dikasih tahu kok arah jalan pulang kalian. haha

Awalnya saya berpikir kalau candi ini berwarna Ijo atau minimal agak kehijau-hijauanlah, namun ternyata tidak. Candi Ijo sebenarnya berwarna tidak jauh berbeda dengan candi pada umumnya. Lalu kenapa namanya Candi Ijo?? Nah menurut papan yang ada didepan pintu masuk Candi Ijo, ada beberapa ketentuan untuk menamai sebuah candi. Nama bisa diambil dari cerita rakyat yang berkembang, atau silsilah dari cerita turun-temurun dan bisa juga diambil dari nama daerah dimana Candi tersebut berada.

Kalau Candi Ijo ini ternyata diambil dari nama daerah situ, yaitu Ijo.

Kenapa Perlu datang dan berkunjung ke Candi Ijo??



Pertama, murahnya bukan main alias gratis. Kalian cukup membayar biaya parkir saja, sudah dihitung sama biaya masuk. Luar biasa bukan? hehe

Kedua, lokasinya bagus untuk pemburu senja.
Selain murah alias gratis, lokasi Candi Ijo sendiri berada diatas permukaan laut (tepatnya kurang tahu, pokoknya nanjak deh :D ). Kalian bisa melihat pemandangan kota Yogyakarta dari atas, dan bagi pengagum senja inilah salah satu tempat yang tidak akan kalian lewatkan. Berkunjung ke Candi dapat bonus view sunset yang moleknya aduhai.

Ketiga, belum terlalu ramai.
Tidak seperti candi-candi lain, misalnya Prambanan atau Borobudur yang memang sudah terkenal hingga mancanegara. Candi Ijo masih tergolong sepi, jadi masih asri dan belum banyak terjamah oleh tangan-tangan jahil. (hayoo siapa yang suka jahil).

Selain tiga alasan diatas, ada hal unik lainnya disini. Yaitu ketika kalian akan memasuki pintu masuk, kalian akan disuruh mengisi buku tamu. Mulai dari nama alamat hingga alasan kalian berkunjung (tenang tidak kayak kondangan kok).

Pada prinsipnya Candi Ijo ini terletak menjadi beberapa bagian, pada saat masuk pertama kalian akan diarahkan menuju anak tangga, dimana anak tangga tersebut akan membawa kaki ke tengah. Kalian boleh berkeliling sesuka kalian, atau kalau mau semedi juga boleh (dengan catatan masih jam berkunjung hehe).

Ada beberapa bagian yang mengelilingi candi utama, serta tanah lapang dengan rumput yang pangkas rapih. Pokoknya kalian tidak perlu pakai tikar semisal ingin rebahan sejenak, asyik sepeti lagu dangdut, beratas langit biru. :D

Sementara disisi barat (ini kalau menurutku) ada bagian yang rusak tak berbentuk lagi, hanya bebatuan candi yang dikumpulkan ala kadarnya. Ada juga sih yang masih bisa diselamatkan, terbukti ada prosesi perbaikan disitu. Dan ingat jangan coba-coba membaca bagian apapun dari Candi untuk dibawa pulang, karena Candi sudah termasuk cagar budaya. Kecuali kalian ingin merasakan denda jutaan rupiah dan jeruji besi puluhan tahun.

Oke kawan, sekian dulu mohon maaf apabila ada salah-salah kata (udah kaya sambutan aja yaak). Namun yang jelas ini faktor koneksi yang tidak stabil, esok kalau sudah dapat koneksi yang memadai saya tambahin deh beberapa foto lagi. Jadi sekian dulu, dan selamat berpetualang yaaa... #HappyBlogging

0 komentar:

Post a Comment