banyak yang berpendapat bahwa cinta itu tidak mampu untuk didefinisikan, namun cukup dirasakan kedatangannya saat menari pada jiwa-jiwa yang senantiasa terjaga. apa benar demikian??
sebagaimana fitrahnya cinta merupakan anugrah dan cinta juga merupakan musibah, akan sangat terasa nikmat ketika cinta berlandaskan pada sang pencipta. namun begitu sebaliknya jika cinta tanpa landasan tersebut, maka yang terjadi adalah kampanye-kampanye cinta palsu yang berkiblat pada nafsu belaka. pemaknaan remaja zaman sekarang terhadap cinta bisa dikatakan cukup sempit, pemaknaan mereka sering kali hanya mencakup point tertentu, misalnya hanya pada sang kekasih (pacar). padahal secara general hubungan antara anak dengan orang tua, kakak dengan adik, bahkan umat dengan Tuhan. hubungan tersebut juga berlandaskan cinta.
sebagaimana fitrahnya cinta merupakan anugrah dan cinta juga merupakan musibah, akan sangat terasa nikmat ketika cinta berlandaskan pada sang pencipta. namun begitu sebaliknya jika cinta tanpa landasan tersebut, maka yang terjadi adalah kampanye-kampanye cinta palsu yang berkiblat pada nafsu belaka. pemaknaan remaja zaman sekarang terhadap cinta bisa dikatakan cukup sempit, pemaknaan mereka sering kali hanya mencakup point tertentu, misalnya hanya pada sang kekasih (pacar). padahal secara general hubungan antara anak dengan orang tua, kakak dengan adik, bahkan umat dengan Tuhan. hubungan tersebut juga berlandaskan cinta.
jika pemaknaan cinta hanya bersifat golongan, seperti halnya yang banyak dilakukan remaja zaman sekarang dalam memaknai cinta, apa itu akan mampu mencakup semuanya??saya rasa tidak, pemaknaan cinta yang diterapkan pada sang kekasih tidak cukup mampu menjelaskan cinta dengan orang tua, apalagi dengan sang pencipta cinta itu sendiri. keadaan seperti ini lah yang realitasnya terjadi dikalangan remaja zaman sekarang. padahal mereka hanyalah membahas tentang ibarat prumpamaan, belum menyampai tahap dalam pemaknaan cinta itu sendiri secara umum.
perasaan cinta pada dasarnya adalah sebuah kenikmatan, begitu indahnya hidup dengan dikelilingi cinta, dan begitu menyedihkan ketika hidup hanya dilingkari kebencian. menurut Dr setiawan buti utomo, cinta merupakan sebuah misteri sebagaimana fenomena ruh. ruh ibarat pasukan yang kerahkan dengan semangat perang luar biasa hebat, maka sejauh mana kedekatan masing-masing pasukan tersebut satu sama lain dalam berinteraksi, sejauh itu pula para prajurit akan menyatu menjadi sebuah kekuatan besar. namun lain halnya, ketika landasan yang dibangun adalah kebencian, maka tidak akan pernah dirasakannya sebuah kenyamanan. yang akan tercipta hanyalah perselisihan.
Mabuk asmara, istilah yang kian beken diberbagai kalangan, khususnya kalangan remaja, terlebih lagi istilah bahwa cinta itu buta (istilah yang kian naik daun dalam perkembangan zaman). seperti halnya yang katakan oleh Aristoteles bahwa cinta yang buta adalah cinta yang tidak memandang kesalahan-kesalahan dari orang yang dicintainya. pada dasarnya cinta merupakan sebuah hubungan dengan kenyamanan serta ketulusan sebagai kiblat cinta sejati tersebut.
bukan hal yang baru, ketika banyak kalangan yang merasa cukup dipusingkan oleh sesuatu yang abstrak dan hanya terdiri dari lima huruf tersebut. terutama pencarian konsep-konsep cinta yang sejati, tentu dengan harapan dapat menemukan manajemen ketulusan didalam tubuh cinta itu sendiri. iya benar!!!konsep cinta dengan manajemen ketulusan untuk menjadi yang sejati. baik membangun esensi cinta itu berdasarkan logika hingga konsep yang beracuan pada keyakinan (agama). pada dasarnya dari manapun cinta itu dipandang, semuanya bertujuan baik terhadapnya, bukan untuk membuat cacat makna cinta itu sendiri ataupun mengotorinya dengan kepalsuan. karena pada intinya antara cinta, ketulusan, serta kenyamanan merupakan satu kesatuan yang memiliki makna luas dan berindikator pada kebahagiaan bersama.
0 komentar:
Post a Comment