sempat terbesit dalam keinganan yang diramu menjadi harapan kecil dalam hati, agar hari itu tak kunjung berakhir. namun tidaklah mungkin hal itu terjadi, karena intervensi waktu dalam perjalananku tuk mengembara yang menjadikan itu semua telah lalu. mungkin tak begitu indah bagi sebagian orang, namun cukup berarti sebagai obat kerinduanku saat ini. yach, saat itu, saat senja menari menyambut malam dan saat bulan tersenyum begitu indah kala malam. tersanding disini, disamping pengembaraanku dalam menuai makna. sebuah cerita yang cukup sederhana, hanya sedikit mewakili asa dalam bercerita dan nostalgia. dawai embun yang merdu terlihat mampu memecahkan beku, mencairkan keadaan seolah sedang berada pada saat itu.
tidak memiliki detik yang lama memang, namun pergantian menit menjadi cukup berarti tuk menunjuk jam. hingga masa menggulirkan dirinya dalam awal cerita malam. menjajakan tawaran tentang sunyi dan sepi, seperti biasanya yang ku tulis. namun agak sedikit berbeda saat itu, bibir ini sedikit mampu mengurai senyum dalam menyambut malam. sedikit, hanya sedikit. karena duduk diamku ditemani mawar yang sempat hilang, wangi dan uraian sederhana. sungguh menakjubkan dada, menyempitkan nafas hingga tak mampu mengurai kata.
ku awali sapa dengan bisu dalam membungkam, isyarat diri serasa cukuplah mewakili riuhnya rindu dalam diri. bersandar pada bebatuan yang kasar, rebahkan lelah tuk menatap langit yang cukup cerah karena ulah sang bulan saat itu. sungguh aku merasa hadir dalam cerita dongeng atau sejenisnya. menikmati indahnya bulan diantara beningnya danau, dengan berkawan mawar yang telah layu namun nyata. tetap indah meski tak sewangi dulu. dan bukan lagi mawar kepunyaanku.
catatan kemaren yang cukup mewakili keindahan rindu, cukup menjadikan saksi jiwa dalam mengarungi tapak tilas perjalanan kasih. malam tak ingin berakhir bagiku, bertahan disana terpejam lalu berakhir dipangkuan mawar. namun lagi-lagi perputaran waktu menunjuk menit yang berbeda, merubah detik dan berujung pada jam dilain masa. berubah dan berbeda, aku harus kembali pada nyata. menjalani kemunafikan dalam senyum kepura-puraan.
dan kini, malam yang dulu-dulu kembali mengampiriku, berbagi cerita tentang sepi dan sunyi. merangkulku dengan nada yang tak lengkap. aku kembali dengan renung dalam diam, membungkam melewati malam berujung fajar.
nampak melintas tertatih bintang menyusuri langit, bersaing menampakan indahnya dengan bulan. aku hanya menikmati dan terpaku dalam pandanngan. duduk disudut kesunyian gelap yang menakutkan. dengan sisa harapan, ku kumpulkan dalam dalam satu rangkaian pertahanan. pertahanan merindu mawar yang telah layu dan tak lagi harum. dalam diam, hati berbisik sendu 'aku ingin kembali pada malam itu'.
seolah lunglai dalam melangkah, ragu dalam menapak menyusuri. dengan tertatih akhirnya tapak menuai jejak-jejak samar. merundung rindu yang terlahir lamunan dalam menghadirkan senyum kala itu. celoteh canda saat hari kemaren, secarik kata mesra pada saat hari kemaren, dan terangkum dalam kisah catatan kemaren yang indah. aku tak ingin terlarut dalam pengandai-andaian yang semu, meskipun menuai senyum namun itu hambar dalam nyataku. aku ingin semua itu kembali terulang, sekarang, esok, lusa, yang pasti terulang. memutar kembali rekaman hati yang menyatu dengan jiwa-jiwa kosong agar kembali menuai isi yang sanggup merangkai menjadi senyuman bahagia.
0 komentar:
Post a Comment