Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

17 May 2011

Selayaknya Mawar tak Bertangkai

semua nampak begitu indah kala itu, serasa langit terus-menerus tersenyum hadirkan awan putih. goresan-goresan kisah yang tertoreh dalam dinding semesta. berejakan sapa yang begitu ngilu jika hanya untuk dikenang. namun perencanaan manusia hanya lah berakhir sebatas itu, selebihnya penentuan ditangan Tuhan. rinduku bukan sekedar menggebu, namun melengking tinggi diantara nyanyian burung, menghujam dalam menyusuri lapisan-lapisan tanah, serta menghiasi tiap figura alam dalam senyumnya. semua seolah menawarkan kehadirannya disini, menemani sipengembara yang sedang merindu. rindu pada sosok itu, rindu pada sapanya meski hanya berkata "selamat pagi", walau sekedar bersapa dalam bisik "sedang apa", bahkan ucapan mata yang berkerling seolah mengatakan "iya". sungguh jiwa ini begitu rindu akan dirinya. rindu pada apapun kebiasaannya saat disini, disampingku saat merengek mengeluh, menyandarkan kepala dibahuku yang tak pernah merasa lelah untuk itu, saat ia datang dengan muka jengkel lalu berkata "huff sebel", bersanding disini berbagi lalu menangis manja.

dimana kini berada objek kerinduanku ini, tanya yang tak akan pernah terjawab. sejatinya memang nyata disini, namun hanya dalam bayangan masa lalu. semua telah berubah, segalanya telah selesai, dan aku hanya mampu menjaga kerinduan ini, rindu yang entah sampai kapan bertahan. yang jelas nyanyian burung seolah terus menyebut namanya, hembusan angin terus hadirkan aroma itu, aroma yang selalu membuatku terpaku dalam renungan. awan-awan putih juga terus membingkai menjadi figura gambarnya dilangit sana. sesekali aku memang tersenyum, namun tidaklah bertahan lama, karena secepat mungkin akan berubah air mata. menetes dengan sendirinya, mengalir menjadi sungai-sungai kecil yang deras, tanpa kesanggupan dariku untuk membendungnya. aku menangis, aku lunglai dengan pertahananku merindu.

selalu ku coba dan ku coba, untuk tegar tetap melahirkan tawa dalam kerinduan ini. namun ternyata aku begitu lemah, aku begitu cengeng untuk dikatakan lelaki sejati, dan aku memang begitu terkuasai oleh sapa rindu. sapa yang tak dapat aku sambut dengan keramah-tamahan pemilik rindu, karena aku hanya menyambut rindu itu dengan air mata. rindu yang serasa mustahil untuk mendapatkan sapa hangat, jabat hati untuk memadu kasih hingga termabukan oleh kasih itu. 'selayaknya mawar tak bertangkai' rindu yang kantongi. indah, namun tak memungkinkan untuk disentuh, karen itu akan membuatnya rontok tak lagi indah.

pelipatan waktu telah menelan objek kerinduanku, penggulungan masa menelan apa yang seharusnya aku genggam untuk menyapa rindu. semua telah tertinggal, terjebak tanpa mampu muncul dalam kini. penelusuran bukan berarti, mandeg tak berkelanjutan. melainkan terus dan terus memancing rinduku untuk tetap menguak mimpi dalam nyata. sungguh aku begitu rindu. hingga kini menjelang fajar, masih belum tanpa pejaman.

perjalanan malam bahkan akan segera menuai finish, dilanjutkan pagi selayaknya estafet. karena setelah pagi juga masih ada siang dan senja. selalu cerita mereka yang terus ada diantara tanya rinduku, tanpa kata dan hanya membiasu menyapaku.

mawar memang indah dan merona, mewakili kasih dalam keberanian dan sucinya. namun jika tanpa tangkai juga tal mampu menggenggamnya agar tetap utuh. semua begitu cepat, namun kini begitu menerus menyerang atas rinduku. menunduk, mendongak sudah menjadi sebuah kebiasaan hanya untuk menghela nafas. dan akhirnya aku putuskan untuk menjerit namun dalam bisu, untuk berteriak menangis dalam bungkam. sunyi, sepi. dan secarik kata melahirkan tahta kerinduanku.

4 comments:

  1. ketika kau merindukan seseorang,,katakanlah...

    jika kini hnya ada bayangannya,,maka katakan rindumu pada bayangan itu.

    aku yakin itu akan menghadirkan nyata yang kau rindukan.

    mawar yang tak bertangkaipun masih bisa direngkuh jika kita mengetahui cara menggapai na. :))

    ReplyDelete
  2. mawar itu memang akan selalu indah buatku, meskipun kenyataannya sudah layu dan kering. selalu ada rindu disini, selalu ada harapan dibalik rinduku, dan selayaknya orang yang tegar, aku harus tetap tersenyum menyambut mentari.

    ReplyDelete
  3. harapan memang akan selalu ada.
    aq hanya takut kau takan bisa menggenggam mawar itu.
    apa kau tak ingin kembali mencari mawar yg masih memiliki tangkai untuk kau pegang??
    meskipun beresiko kau terkena duri na.

    ReplyDelete
  4. selalu ada niatan untuk itu, tap entahlah mawar tak bertangkai itu masih begitu erat memalung hati ini, serasa mengikat kakiku untuk melangkah,,,,hmmm masih terlalu indah jika harus dibuang....

    ReplyDelete