Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

28 May 2011

sedikit makna tentang 'waktu'

bukan karena tidak adanya bulan malam menjadi sunyi, dan bukan pula karena tidak adanya bintang malam nampak cemberut kusut. namun malam akan selalu demikian, gelap. semakin larut maka gelap semakin menyepi sunyi. semakin melangkah meninggalkan senja, dan semakin mendekat pada fajar. selalu berputar demikian entah sampai kapan. berawal cerita tentang malam, deretan kata mampu terangkai menjadi kalimat. menyusun bait demi bait hingga beberapa alenia.

namun agak sedikit berbeda tentang beberapa malam terakhir ini. entah mata yang semakin jarang terpejam atau sepi itu memang sudah mulai melambai perpisahan. namun bukan berarti hilangnya resah akan cerita sang waktu. yang jelas malam-malam akhir ini tidak lagi sedingin seperti yang sebelumnya, sedikit ada kehangatan walau masih dalam terkaan nyata. tapi sekidit aku mampu merasakan kehangatan itu.

jika kali ini pagi kembali hadir karena waktu, dan akan kembali menuju senja karena waktu juga. dan akhirnya akan menjadi kemaren yang terkenang. selalu begitu keadaan cerita-cerita waktu. namun bukan menyerah pada keadaan yang demikian dengan memberikan kebebasan terhadap waktu mengekang kita. terkadang memang sangat diperlukan spesifikasi pembahasan dalam pencarian sebuah makna. pencarianku akan 'jati diri waktu' banyak mengalami kecaman yang mengatakan aku terlalu idealis.

ada sebagian yang mengatakan, bahwa waktu akan terus mengekang dengan diri kita. namun aku tetap kurang sepakat dengan istilah 'pengekangan'. artinya disana ada dua pilihan yakni memiliki waktu seutuhnya atau menghamba pasrah pada waktu tersebut. memiliki waktu seutuhnya, berarti kita harus mampu mengendalikan waktu. dan menghamba pasrah berarti kita menyerah pada keadaan tanpa targetan yang jelas. secara analisa sederhana, bahwa setiap individu dari kita tentu memiliki waktu sendiri-sendiri. karena waktu tidak bisa terlepas dari aktivitas kita masing-masing.

misalnya:
  • seorang pengusaha mengartikan waktu adalah 'uang'
  • seorang pemikir mengartikan waktu adalah 'ilmu'
  • seoang yang alim mengartikan waktu adalah 'ibadah'
  • seorang seniman mengartikan waktu adalah 'karya'
  • seorang musisi mengartikan waktu adalah 'nada'
  • seorang penyair mengartikan waktu adalah 'indah'
  • seorang pejuang mengartikan waktu adalah 'nyawa'
  • seorang pengemis mengartikan waktu adalah 'receh'
dan begitu seterusnya akan selalu berkaitan dengan aktivitas masing-masing untuk mendeskripsikan sang 'waktu'. lebih tepatnya itulah hasil pencarianku tentang jati diri waktu selama perjalanan ini.

namun yang jadi pertanyaan selanjutnya waktu dimata Tuhan itu seperti apa???
tentang perjalanan fajar menuju senja, tentang perubahan sekarang menjadi kemarin, bahkan tentang perubahan muda menjadi tua. keresahan akan siapa sesungguhnya waktu, mungkin sedikit tercerahkan. akan tetapi bukan berarti tidak adanya lagi pertanyaan.
bukan bermaksud menggurui, bukan berniat memojokan. hanya sebuah pencarian makna akan siapa sesungguhnya waktu. yang jelas, menyerah pada keadaan bukan merupakan hal yang baik bagi mental keilmuan, melainkan menjadikan segala bentuk keadaan sebagai guru untuk mengajari kita merupakan sebuah pengalaman yang tak terlupakan. selamat menuai keresahan untuk faham!!!

0 komentar:

Post a Comment