Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

22 September 2011

Air Mata dalam Sajak



gelap mencekam kelam dinding langit
meronta tangis kelabu dalam debu
melukis air mata diantara sepoi angin
dengan kanvas jerit penuh luka

nyanyian duka mengglegar disetiap sudut
tak tampak mata bening tanpa genangan
tak ada senyum sekecil apapun
hanya jerit, tangis, kesedihan yang saling sapa
saling komunikasi dengan sajak asa
bertemu dalam makna duka

diantara jejak air mata mereka
air mataku, kamu, dan kita
kesedihan mereka terasa sakit disini
didalam dada kita bersama
karena itu air mata bencana
kemarahan alam yang telah didusta oleh kita


tak usah acuh
ataupun angkuh
sebab nurani milik kita
akan kah kita menjadi manusia tega??
atau peduli manusia hanya sebagai dongeng
dan air mata bencana sebagai arsip sajak

begitu kah??







september akhir, sebagai awalan dalam 60 hari menulis puisi 
dalam toples lembaran lama tetesan tinta

0 komentar:

Post a Comment