Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

21 September 2011

Cerita Bocah


ku kais rupiahku
diantara terik yang menyengat membakar
ku jajakan yang mampu ku jual
dengan imbalan yang hanya bisa dihitung jari
tak sedikit yang cemooh menghina

tak jarang ejekan menimpaku
bahkan tak terhitung lagi oleh ku
berapa kali aku dipaksa
masuk rehabilitasi dengan alasan penertiban
tak pernah ku pedulikan itu semua

karena hanya ini pilihan yang mampu ku pilih
demi mempertahankan nyawa dalam diri
tak ada kesombongan yang ku bangun disini
bukan kemunafikan yang terpapar denngan ini
hanya aku menyadari
jalan kehidupan yang sudah digariskan
yang sudah ditentukan Tuhan
karena biar bagaimanapun
biar semiskin apapun aku dibanding si kaya
biar sehina apapun aku dimata dermawan
aku masih tetap menyiram nuraniku
dengan keyakinanku
bahwa Tuhan tidak pernah malu
memiliki hamba seperti aku
mendengarkan do'a hambanya seperti aku
biarpun aku hanya tukang penjual koran







september akhir, sebagai awalan dalam 60 hari menulis puisi 
dalam toples lembaran lama tetesan tinta

0 komentar:

Post a Comment