Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

30 September 2011

Spekulasi dalam Muslihat


bagai malam tak berujung fajar
gelap tanpa pancaran cahaya
sunyi tiada gemercik yang meriuhkan
merasa sendiri tak berkawan

atas kekecewaan yang terus terulang
deskripsi yang selalu bertahtakan munafik
berlagak benar dibalik topeng muslihat

siapa sebenarnya engkau
hingga tak ku kenali raut wajahmu

mata yang buta atau hanya berpura-pura buta
melihat namun berpaling
memandang tapi enggan pedulikan
cuek, masa bodo!!!
penting perutmu kenyang
hasyratmu tersampaikan untuk menguasai
bermain spekulasi dengan gaya heroik
dan hanya berujung perluasan kepentingan

hisap, hisap, dan hisap
madu yang tak seberapa aku peroleh
dan kembali dicampakan
namun aneh. . .
selalu aku yang salah
pasti kau yang memenangkan
tertawa lantang menatap sinis
meringis bengis menyombongkan diri

dan aku. . .
berkawan alam yang terdzalimi
bertahan dengan compang campingnya kehidupan
menatap harap pada langit
menunduk tragis pada bumi
hingga aku tertawa lantang bahagia
melihatmu runtuh termakan semesta
dan mati terbunuh alam yang kau hisap tanpa belas
aku puas, bangga, dan amat bahagia
karena akhirnya kau mati dibalik sombongmu







september akhir, sebagai awalan dalam 60 hari menulis puisi 
dalam toples lembaran lama tetesan tinta

0 komentar:

Post a Comment