Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

08 September 2011

Tradisi Petasan Saat Ramadhan

Saat bulan ramadhan seperti ini, barisan sof saat berjama'ah melakukan sholat subuh sedikit bertambah. bahkan sampai  tiga atau empat baris, berbeda dengan hari-hari biasa yang hanya satu, itu pun tidak penuh. begitu lah saat bulan ramadhan, banyak hal yang tidak biasa. jika yang sering kita dengar dalam kehidupan kota, saat bulan ramadhan adalah istilah ngabuburit saat menjelang berbuka, namun didaerak kampung ku sedikit berbeda. saat sore hari kebanyakan orang di kampung ku hanya diam di rumah menunggu adzan maghrib. entah diisi dengan menonton televisi, atau hanya sekedar ngobrol ngalor ngidul, kalau dalam bahasa kampung ku ndopok alias obrolan tanpa alur dan sistematik. apapun bisa di bahas dengan serius walau pun itu hanya sebuah bualan.

Biar pun orang-orang di kampung ku tidak biasa melakukan ngabuburit selayaknya di kota-kota, namun ada satu kebiasaan yang juga tak kalah unik. yaitu pada saat setelah sholat subuh, terutama pada hari minggu, orang-orang kampung ku akan berbondong-bondong menuju pantai, meskipun kebanyakan adalah anak-anak muda namun tak ketinggalan juga anak kecil hingga orang-orang tua. tradisinya cukup sederhana, disana hanya duduk saling tatap. sebab tak ada hal lain selain pemandangan manusia yang berkumpul, bahkan pantai saat itu terlihat cukup sempit.

Satu lagi kebiasaan saat berada di pantai, pesta petasan. tentu hal ini biasanya di mainkan oleh anak muda/remaja. petasannya bukan petasan yang di jual di toko-toko, tetapi petasan hasil kreasi sendiri. ukurannya pun beragam, dari yang kecil, sedang, hingga yang seukuran dengan ember cat, atau bahkan lebih besar lagi. bagi mereka semakin itu mampu membuat orang geleng kepala berarti itu semakin memuaskan. tak segan-segan, bahkan saat menyalakan petasan sebagian mereka saling serang melempar. jika tanpa keahlian untuk melakukan ini, lebih baik jangan melakukannya.

Mengingat berbahayanya kegiatan ini, pihak berwenang juga sudah beberapa kali melakukan pembubaran dan memusnahkan ratusan petasan berbagai ukuran. namun itu di iyakan masyarakat pada saat itu saja, hari minggu berikutnya pun kembali lagi dengan petasan yang lebih banyak dan besar. bahkan pernah juga ada kejadian remaja yang jari-jarinya putus akibat petasan, tapi itu nampaknya belum cukup sebagai peringatan akan bahayanya petasan. sebab hingga saat ini, tradisi itu masih saja berlangsung seperti biasanya.

Maka dari itu, jangan heran jika berada di pantai dekat kampungku terutama pada saat hari minggu begitu ramai. bahkan macet. aku pun kadang sesekali ikut serta dalam tradisi itu, namun pada bulan ramadhan kali ini  rasanya aku tak begitu tertarik dengan semua itu. mungkin lebih tepatnya karena aktivitas kesibukan ku yang mengikat, hingga tak memberikan ku kesempatan itu lagi. dan mungkin juga aku memang sudah sadar akan bahaya petasan.

Sebenarnya keindahan pantai ini tak kalah dengan pantai-pantai lainnya, hanya saja pada saat ramadhan seperti ini biasanya jalanan kotor, penuh dengan kertas-kertas hasil ledakan petasan. sebagian remaja menganggap semakin banyak kertas yang berserakan, maka semakin fantastis ramadhan itu. berbeda bagi sebagian orang tua, bagi mereka hanya membuat kotor jalanan. apa lagi itu kertas, akan sangat mudah terbakar.

Tapi biar bagaimana pun itu semua seudah terjadi bertahu-tahun lalu, sulit kiranya menghilangkan sesuatu yang sudah menjadi tradisi. apa lagi yang berkaitan dengan orang-orang seperti di kampungku itu. ambil saja hikmahnya dari semua itu, minimal masyarakat kampungku terlihat akur satu sama lain.

"apapun itu yang kita lakukan, baik saat bulan ramadhan ataupun bulan-bulan biasa. yang terpenting kita tidak melalaikan esensi kehidupan kita didunia ini, saling bahu-membahu dalam kebaikan dan tentu gotong royong untuk kemajuan umat"

2 comments:

  1. katanya orang-orang, kalau nggak ada petasan pas ramadhan rasanya gak pas, kurang greget gimanaa gitu :D jadi diramaikan dengan petasan. yah walaupun aparat yang berwenang pasti melakukan pembubaran, ya mesti aja masyarakat nggak jera.

    ReplyDelete
  2. ahahaaa nampaknya seperti itu mbaknya, jalanan terlihat lebih semarak ketika banyak kertas-kertas berserakan... :D

    ReplyDelete