Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

18 March 2012

untuk kita renungkan, lalu sikapi dengan Nurani dan Jiwa (belajar memahami pasangan hati)

hidup adalah serangkaian cerita yang saling berjalinan, bukan sekumpulan konsep. gagasan-gagasan adalah penyamarataan yang selalu berjarak dengan kebenaran mutlak. sebaliknya, sebuah cerita dengan seluruh kesatuan makna dan kekayaan rinciannya, tampak lebih dekat dengan kehidupan nyata. itulah sebabnya kita lebih mudah menuturkan sebuah cerita ketimbang mesti menjabarkan sebuah teori. entahlah apa hal itu pantas ku jadikan sebagai sebuah awalan, setidaknya harus ku awali untuk memulai. resapi dan dalami lah, lalu fikirkan serta tanyakan pada diri kita sendiri. kemudian jawablah dengan kata hati dan nurani anda.

semenjak musibah beberapa tahun silam, kondisi perekonomian masih belum stabil. aku bersama ayah dan ibuku menjalani kehidupan tak menentu. kemarahan alam telah memporak-porandakan segala isi rumah kami, hancur merata dengan tanah. karena itu kami hanya tinggal diantara puing-puing bekas bangunan yang ambruk dan kami susun sekedar untuk berlindung dari angin malam. sekedar untuk bersembunyi dari keganasan mentari dan badai hujan.

beruntunglah, kami mendapatkan sedikit bantuan dari kerabat kami yang ada dibeberapa kota. meskipun tak banyak, setidaknya itu bisa kami gunakan untuk memulai hidup baru. dan beruntung lagi, ada salah satu teman ayah dulu yang sangat mulia. beliau memperkenankan kami menggunakan sebidang tanahnya yang diluar kota. dan kami pun memulai kehidupan baru. kami memang telah jatuh miskin. kami bertiga berupaya menggunakan uang bantuan yang kami dapatkan untuk membangun sebuah rumah kecil-kecilan. setelah mendapatkan persetujuan dari teman ayahku yang sedang diluar kota, untuk mendirikan bangunan kecil ditanahnya. kami pun memulai.

karena kami telah jatuh miskin, maka kami putuskan untuk membangun rumah sendiri. uang hasil bantuan para kerabat hanya cukup kami perunakan untuk membelu bahan bangunan, itu pun kamu sudah cukup kewalahan. apalagi untuk membayar tukang-tukang bangunan, rasanya tak mungkin. ayahku sangat bersemangat, meskipun aku tahu ayahku sangat tidak ahli dalam hal bangunan. dulu, ayah dan ibuku hanyalah pengusaha kecil-kecilan yang bergelut dibidang penjualan, yah dulu kami punya sebuah toko aneka produk yang dijual. dari sana juga aku mampu mengenyam perguruan tinggi. dan sama sekali tak pernah aku kerja berat barang sekalipun.

aku mulai belajar bertukang: bagaimana cara membuat pondasi, menyemen, memasang batu bata dan semuanya. semuanya hanya dikerjakan oleh kami bertiga. ibuku hanya membantu-bantu saja, ia lebih sering menyediakan kami air minum atau memasak ibu untuk makan siang kami.

namun karena kondisi ayahku yang memang sudah cukup tua dibandingkan aku, daya tahan tubuhnya tak mampu bertahan. ia jatuh sakit saat dinding hanya kurang satu sisi saja. tak mungkin aku akan memaksakan kesehatan ayahku sendiri. maka aku lakukan pekerjaan itu sendiri, untuk merampungkan membuat dinding yang tinggal satu sisi itu.

setelah lama aku melakukan pekerjaan tersebut, akhirnya akupun mampu membuat dinding berdiri. rasanya sungguh berat dan sangat susah sekedar untuk menata batu-bata. bagiku jauh lebih mudah memecahkan rumus fisika ketimbang untuk memasang batu-bata. selama ini aku telah melihat ayahku melakukannya, kelihatannya cukup gampang. hanya sekedar menuangkan semen lalu menata batu-bata diatasnya. begitu seterusnya sampai akhirnya membentuk sebuah dinding.

namun dalam pelaksaannya, sungguh aku sangat mengalami kesusahan. saat ku letakan bata dari ujung satu, nanti ujung satunya terlalu tinggi. atau kadang ada yang terlalu menjorok keluar, kemudian ku tekan agar mengikuti barisan batu-bata lainnya malah ambruk semua. sungguh bukan pekerjaan yang mudah.

sebagai seorang sarjana, aku tak mau membuat adikarya yang asal. karena itu dengan segala kemampuan aku terus berusaha meletkan batu-bata satu persatu dengan sangat hati-hati. tak peduli berapa lama, yang penting aku mampu membuat dinding berdiri dengan rapih dan sempurna.

setelah segala kemampuan aku kerahkan tanpa kenal lelah. akhirnya aku mampu menyelesaikan membuat dinding itu, spontan saat itu girang bukan main. ku lirik dari atas, ku tatap tiap sisinya, semuanya pas. lalu aku turun, mencoba melihatnya dari bawa sisi luar. dan seketika itu juga, alis mataku terangkat heran. diantara tatanan batu-bata yang ku susun itu nampak ada lima buat batu-bata yang terpasang tidak dengan rapih. segera aku berlari untuk menatap dari sisi dalam, ku amati dengan seksama, ku perhatikan dengan sunggu-sungguh. dan benar ada lima batu bata yang tak tertata dengan rapih.

aku gagal, seorang sarjana tak mampu mengerjakan hal yang sepele. hanya menyusun batu-bata saja aku tak mampu serapih dan pas seperti yang ayahku lakukan. padahal hanya satu sisi dinding saja. sedang ayahku ada tiga dinding. lama aku diam, kemudian kembali aku naik ketas untuk mencoba membenahi kesalahan. tapi sayang semennya sudah cukup mengeras, harus dihancurkan dahulu baru aku bisa membuatnya dari awal lagi. begitu fikir ku.

pada sebuah kesempatan, ku ucapkan kegagalanku itu pada ayahku.

"ayah, dinding sisi satunya sudah selesai. hanya saja ada lima batu-bata yang tak tepat peletakannya. dan ku lihat, sungguh itu membuat seluruh tatanan batu-bata menjadi cacat dari keindahan. jika boleh, biar ku hancurkan dinding itu. kemudian akan ku buat kembali dari awal agar semuanya menjadi indah"

"tidak usah nak, biarkan saja semuanya begitu. untuk memperbaiki agar menjadi terlihat indah seperti yang kita harapkan tak perlu dengan cara menghancurkan semuanya"

lalu ayah tersenyum.

"kamu hebat nak"

aku semakin bingung dengan ayahku. aku yang telah melakukan kesalahan dalam pembuatan dinding itu, justru dibilangnya hebat. aku hanya membalas senyumnya dengan do'a agar ia cepat sembuh.

tak pernah aku ceritakan kegagalan ku itu pada ibuku. aku malu padanya. bahkan saat ibu mencoba melihat-lihat dinding yang ku buat, segera ku alihkan untuk melihat dinding lainnya, yang lebih sempurna.

namun pada suatu ketika, saat aku pulang dari bepergian mencari kayu bakar. ku lihat, ibuku sedang mengamati dinding yang ku buat. dan saat ia mengetahui kedatanganku segera ia memanggilku kemudian bergumam.

"dinding yang indah" katanya.

"maaf bu, apa penglihatan ibu sudah tidak jelas bu saat senja begini. lihatlah bu aku telah meletakan lima batu-bata yang jelek ditengahnya, hal itu sungguh telah membuat seluruh dinding nampak  terlihat buruk. bukan indah"

namun apa yang diucapkan selanjutnya oleh ibu ku itu, telah mampu mengubah penglihatanku terhadap lima batu-bata tersebut. terkait dalam kehidupan yang kita jalani, maka begitulah dinding itu.

"penglihatan ibu masih sangat jelas nak. dan ibu bisa melihat kelima batu-bata yang salah itu, namun ibu juga sangat mampu melihat ratusan batu-bata lainnya yang sesuai dan bagus. kesalahan bukan untuk disembunyikan dari orang lain nak, melainkan dengan memperbaikinya tanpa harus menghancurkannya"

aku tertegun. setelah beberapa hari kemaren semenjak aku merampungkan dinding itu, baru kali ini aku mampu melihat keseluruhan tatanan batu-bata itu. selama ini penglihatanku hanya terpatron pada kelima batu-bata yang salah, sehingga tidak mampu melihat ratusan batu-bata lainnya yang indah. aku malu pada cara pandangku.

masih menatap batu-bata itu. coba ku lihat disebelah kanan, kiri, bawah dan atas. semuanya merupakan batu bata yang bagus. kembali aku tertegun. selama ini aku hanya melihat lima kesalahanku saja dalam meletakan batu-bata, tanpa melihat perbuatan baik lainnya.
setelah lama ku amati, dinding itu jadi tidak terlalu terlihat jelek. dan memang benar apa kata ibu "itu adalah dinding yang indah" dan sampai sekarang dinding itu masih ada, bahkan aku sudah tak tahu lagi dimana letak kesalahanku dulu saat meletakan lima batu-bata yang salah. sebab sekarang segala sisi dinding sudah rapih, sudah tak ada lagi kesalahan yang terlihat seperti dulu. sebab telah dibungkus oleh ratusan kebaikan lainnya.

coba kita lihat dalam realita sekarang. ada berapa banyak ORANG YANG TELAH MEMUTUSKAN HUBUNGAN DAN BERCERAI hanya karena selalu melihat LIMA BATU-BATA YANG JELEK?? ada berapa banyak diantara kita yang selalu enggan BERDAMAI  hanya karena selalu melihat LIMA BATU-BATA JELEK?

Padahal dalam kenyataannya, batu-bata yang jelek itu hanya lima dan yang baik ada ratusan. kalaupun harus diperbaiki juga tidak dengan cara menghancurkannya, melainkan dengan kebaikan. termasuk dalam diri kita, selalu ada sisi jeleknya namun juga tak mungkin tanpa sisi baik. karena itu coba lihatlah pasangan kita tidak selalu dari sisi jeleknya melainkan coba lihat juga baiknya. maka segala kejekan akan lebih terlihat baik.

dari semua kita pasti mempunyai LIMA BATU-BATA JELEK itu. dan SISI BAIK pasangan anda lah yang akan membuat hal itu menjadi indah. begitupun sebaliknya, SISI BAIK KITA lah yang akan membuat SISI JELEK pasangan kita menjadi lebih indah.

"untuk memperbaiki kejelekan tidak dengan cara menghancurkannya"




ket: segala kisah dalam penokohan hanya sebuah upaya untuk mentransformasikan nilai-nilai di dalamnya, agar lebih mudah dan menarik untuk di fahami. semoga kita dapat mengambil pelajaran dari semua itu, dengan lebih berfikir tenang dan selalu melihat pribadi pasangan kita tidak dari sisi jeleknya saja. sumber inspirasi dari sebuah buku karya Ajahn Brahm

oleh: Gomi Gomel, sebelum pemberangkatan kreta pukul 07.45 WIB
Yogyakarta, 18 maret 2012


3 comments: