Hanya sebuah kisah kupu-kupu yang mengadu rindu pada putik mawar. Saat bumi gersang, kering kerontang. Bahkan putri malu pun enggan bersemi hijau, maklum kemarau telah lama meradang. Mungkin hujan sedang melakukan mogok kerja, sebab halilintar sering kali menakutkan. Camar pun bakal terbirit-birit menuju sarangnya, mencengkrama keluarga kecilnya saat langit dipenuhi lejitan halilintar yang mengamuk.
Ah, dasar kerinduan. Selalu saja menjelma perasaan ingin jumpa, selalu begitu menggebu keinginan untuk bertatap. Walau sebatas memandang dari suatu jarak, cukup kiranya membasuh dahaga kerinduan. Entah, apa aku sudah kecanduan dengan ini semua. Dengan rindu ku yang kian mengangan tinggi, menyatu dengan gumpalan awan langit. Lalu, merajut sukmaku dalam keadaan dingin membeku
***
06.25 WIB
Sinar mentari telah mampu menerobos memasuki ruangan, melewati celah-celah kusen jendela dari balik jerembab tirai kusam. Tersadar sedikit tersentak, ternyata malam telah lama mengakhiri ceritanya.
Namun dasar manusia yang sangat biasa. Malas seolah membungkus ku menjadi satu gulungan dengan selimut tipis, menawarkan sebuah ilusi kenikmatan yang sejatinya berkiblat pada iblis. Ternyata aku merancau kacau, bergumam asal tanpa pertimbangan. Tapi sungguh, sekujur tubuhku menggigil menahan rindu. Segala saraf ku berpusat satu, 'ingin jumpa' satu kali lagi.
untuk kebersamaan tiada dusta, untuk kebersamaan tanpa kepura-puraan, juga untuk kebersamaan dengan bertahtakan keimanan yang lebih baik dan matang.
0 komentar:
Post a Comment