Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

12 August 2012

Cahaya Penerang dalam Rasa Syukur


aku sedang berimajinasi
tentang sayap yg tumbuh diantara punggungku
sayap yg akan membawaku terbang menembus dimensi ruang
lalu, aku akan berkata dengan nada tinggi
aku lah yang terkuat

aku juga sedang berimajinasi
tentang kaki ku yg lapuk, hingga langkahpun ditopang kursi beroda
dan aku akan berkata dg nada parau
bahwa aku lah yg lemah

dan aku juga sedang berimajinasi
tentang mata ku yg hanya memandang satu hal, gelap
sehingga aku dapat mengerti jingga hanya dari cerita pipit saat senja
hanya dapat mengerti keberadaan lubang jalanan dari sebuah tongkat kayu dahan jambu

lalu, aku juga berimajinasi
beberapa selang bening menempel dilubang hidung
cahaya menyilaukan terpampang diatas dada
serta beberapa manusia berseragam putih sedang bermain pisau-pisau kecil dg hatiku yg berdarah
dan beberapa tetes air pemati rasa sudah menghilangkan apa itu sakit dari raga

kemudian, aku juga berimajinasi
diriku terbalut kain putih tanpa kancing baju
bersama air mata aku di tidurkan diantara tanah sebenarnya
sendirian ditinggalkan tanpa cahaya
tiada teman tanpa bekal makanan juga minuman
sendiri, dalam gelap

aku masih berimajinasi
sosok tinggi besar dg tubuh teramat kekar menghampiri
menanyakan berbagai macam tanya
aku diam dlm kebisuan
meringkuk takut dg gemetar.
lalu, sayap dipunggungku dipatahkan dg ganas dan bringas
aku menangis tanpa air mata, aku teriak tiada suara menggema

namun kini aku sudahi imajinasiku
ku rangkul kembali kewarasan akal ku
ku dapatkan kembali alam nyata ku
lalu, ku sadari diri ku dg kondisi sangat sehat
mata ku mampu menatap purnama
kaki ku sanggup berlari kencang
hati ku mampu rasakan cinta
dan punggung ku sedikit membungkuk tanpa sayap.
juga baju ku masih berkancing dan bermotif

ku dapati diri ku utuh dg segala yg ku punya
ku dapati diri ku wujud seadanya manusia.

aku menyadari segala kesadaran ku pulih
kesadaran yg mengharuskan ku tetap menjaga rasa syukur.
kesadaran yg mengingatkan ku bahayanya kesombongan dan kecongkakan.
kesadaran menggiringku pd ruang awal perjumpaan.
bersyukur atas segala nikmat-Nya

0 komentar:

Post a Comment