Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

20 December 2012

Kesaksian Malam Menuju Pagi

Pagi ini aku merasa terbangun karena cinta, ku buka mata lantaran asmara yang meradang. Lalu, ku tebar pandang kesetiap sudut semesta, hanya lautan tersuguh tiada batasan garis.

Ku saksikan ombak saling mencipta nada-nada kehidupan, pasir hitam yang terhampar luas, membentang terinjak kaki telangjang mengayuh jejak. Namun tak lama, sebab jejak kembali tersapu ombak menuju lautan samudera. Satu demi satu jejak menghilang, terhapus sirna tanpa bekas satu jari kaki pun melekat.

Dari sini, dari sebuah jarak yang mencipta sekat, aku memandangi harapan saling mengapung seolah menembus ruang hampa, melingkar disetiap kepala yang mengadu kerinduan.

Cinta memang menggelora, begitupun rindu kerap kali mendekat pada keluhan ingin jumpa. Tapi itu masa lalu, saat perjumpaan masih dianggap tabu dan mengangan. Sebab kini, ku rasakan semua begitu nyata.

Rinduku tak lagi mengeluh melainkan berdoa, juga mengeja jejak cinta yang tersusun dari abjab-abjad perjumpaan, menanggalkan piyama keegoisan semu. Kecemburuan tertanggal cumbu, emosi hilang sirna bersama belaian lembut rasa cinta. Tak ada lagi hal yang menakutkan, tiada lagi sesuatu yang dianggap tabu, semua telah menyatu dalam nyataku, kecintaan cinta pada rasa cinta yang menyeluruh utuh.

Buih, pasti menghilang bersama lantunan gemercik ombak. Begitu sabda lautan pada isi semesta, yang diamini oleh sebilah hati dalam tuannya. Hidup, tak ubahnya sebuah kelanggengan mencipta kisah. Penulisan sejarah pada lembar demi lembar sketsa alam. Kelak, gumam-gumam aksara akan merajutnya menjadi sajak penuh makna, karena itulah cinta.

Karang-karang akan melunak lembut, hamparan hitamnya pasir akan mendayu elok, semua terasa menggelora dalam aksara keindahan.

Namun, terlena tetaplah sebuah kewaspadaan. Sebab jerumus kebohongan meruapakan belati tajam yang mampu menghunus hingga titik nadi. Sebab itu, cintailah kejujuran dan jujurlah dalam soal cinta.

Surat menyurat keabadian adalah hal lumrah yang mustahil, sebab hukum semesta menjamu harga mati. Tentang pertemuan dan perpisahan.

Pagi ini, telah disinyalir akan datang fajar oleh para ayam jantan yang mengandang. Kokoknya adalah kejujuran yang terbingkai oleh kisah hidup dan kehidupan. Sebab mau tidak mau, pagi pasti akan meninggalkan malam dan malam akan berlari tak pedulikan pagi. Begitulah rotasi hidup, saling tertemui oleh keadaan dan saling meninggalkan karena keadaan.

Akupun akhirnya bungkam, terasa getir dalam kepiluan rasa yang menyayat. Saat membayangkan datangnya apa itu kematian. Bukan karena takut hilangnya nyawa, melainkan ketidak siapan pada yang dinamakan perpisahan.

Disini, ku susun cinta dengan ramuan sederhana. Dengan keutuhan saling memahami dan berbagi. Sebab cinta adalah kebebasan, bukan belenggu yang mematikan langkah untuk terus maju.


0 komentar:

Post a Comment