Tan Malaka, sosok pria dengan postur tubuh tidak terlalu besar. Namun pemikiran dan semangat juangnya sama sekali tidak layak jika dikatakan kecil. Salah satu karya yang tak kalah populer dari Madilog adalag Gerpolek atau Gerilya Politik Ekonomi. Sebuah buku yang memaparkan tentang strategi perang, bergerilya dalam berjuang. Buku ini juga menggambarkan bagaimana dan kapan harus bersatu lalu menggempur musuh, kapan harus kembali sebelum menyerang lagi. Yang pasti buku ini harus menjadi salah satu daftar bacaan ente-ente semua. Sebab, menyelami pemikiran seorang Tan sama sekali bukan sebuah kerugian, Sebaliknya justru sebuah manfaat yang luar biasa.
Inilah pengantar dari Tan Malaka sendiri dalam buku Gerpolek, bahkan ia menuliskannya dalam rumah penjara madiun sekitar tahun 1948.
Sudah kepinggir kita terdesak!
Sampailah konon sisa-ruangan yang tinggal bagi kita dalam hal politik, ekonomi, keuangan, dan kemiliteran.
Inilah hasilnya lebih dari pada dua tahun berunding!
Lenyaplah sudah persatuan Rakyat untuk menentang
kapitalisme-imperialisme! Lepaslah sebagian besar daerah Indonesia ke
bawah kekuasaan musuh. Kembalilah sebagian besar bangsa Indonesia ke
bawah pemerasan-tindasan Belanda. Berdirilah pelbagai Negara boneka
dalam daerah Indonesia, yang boleh diadu-dombakan satu dengan lainnya!
Kacau-balaulah perekonomian dan keuangan dalam daerah Republik sisa.
Akhirnya, tetapi tak kurang pula pentingnya terancamlah pula Tentara
Republik oleh tindakan REORGANISASI DAN RATIONALISASI yang dalam
hakekatnya menukar Tentara Republik menjadi tentara Kolonial: SATU
TENTARA TERPISAH DARI RAKYAT UNUTK MENINDAS RAKYAT ITU SENDIRI.
Alangkah besar perbedaannya keadaan sekarang dengan keadaan pada enam bulan permulaan Revolusi!
Dikala itu 70 juta Rakyat Indonesia bertekat satu menentang
kapitalisme/imperialisme! Segala alat dan sumber kekuasaan berada di
tangan Rakyat Indonesia. Semua sumber ekonomi dipegang oleh Rakyat
sendiri. Seluruhnya Rakyat serentak mengambil inisiatif membentuk
laskar dan Tentara, mengadakan penjagaan di sepanjang pantai dan di
tiap kota dan desa dan serentak-serempak mengadakan pembelaan dan
penyerbuan!
Dapatkah dikembalikan semangat 17 Agustus?
Sejarah sajalah kelak yang bisa memberi jawab!
Tetapi sementara putusan Sejarah itu dijalankan, maka kita sebagai
manusia dan anggota masyarakat ini tak boleh diam berpangku tangan saja
melihat gelombang memukul-mukul geladak Kapal Negara, yang sedang
terancam karam itu.
Saya rasa salah satunya Daya-Upaya untuk menyelamatkan Kapal Negara
yang terancam karam itu, ialah pembentukan Laskar Gerilya dimana-mana,
di darat dan di laut! Perasaan perlunya dibentuk laskar Gerilya
dimana-mana itulah yang sangat mendorong saya, merisalah “SANG GERILYA”
ini!
Malangnya sedikit, penulis ini bukanlah seorang Ahli-Kemiliteran.
cuma ada sedikit banyak bergaul dengan prajurit di dalam ataupun di
luar negeri dan memangnya selalu tertarik oleh ilmu kemiliteran.
Pengetahuan yang dipakai buat membentuk risalah ini adalah
pengetahuan yang diperoleh dari percakapan dengan para prajurit itu
serta dari pembacaan Buku dan Majalah Kemiliteran. Tetapi bukanlah hasil
pembacaan yang masih segar-bugar. Melainkan sebagian besarnya adalah
hasil pembacaan lebih dari pada 30 tahun lampau.
Tertumbuklah kemauan penulis ini hendak menjadi opsir di masa berusia
pemuda di Eropa, pada pelbagai halangan dan rintangan maka terbeloklah
perhatian kepada pembacaan beberapa Buku dan Majalah Militer, dalam
suasana Perang-Dunia Pertama. Pengetahuan yang diperoleh di masa itulah
yang masih dipegang sekarang!
Pengetahuan itu memangnya mendapat beberapa perubahan selama
bertahun-tahun di luar Negeri. Tetapi tinggal pengetahuan lama dan
keadaan berada di antara empat tembok batu di belakang ruji-besi ini
sama sekali tak ada pustaka kemiliteran, untuk menguji kembali
pengetahuan yang dipergunakan dalam Risalah ini sebagai bahan.
Dalam keadaan begini, maka mungkin sekali beberapa Hukum
Keprajuritan, yang terpaksa dibentuk sendiri itu kurang tepat atau
kurang memadai. Tetapi mengharap dan percaya sungguh, bahwa para Ahli
dan Pahlawan akan mengambil yang baiknya saja dan akan membuang yang
buruk; seterusnya akan menambah yang kurang dan mengurangi yang
berlebih. Kami mengharap dan percaya pula, bahwa para Ahli dan Pahlawan
akan memaafkan semua kekurangan dan kesalahan kami.
Pokok perkara buat kami dalam keadaan terpaksa terpisah dari
Masyarakat ini, bukanlah terutama MENYELESAIKAN soal Militer, sebagai
bagian terpenting dari Revolusi ini, tetapi untuk MEMAJUKAN soal ini.
Mudah-mudahan para-teman-seperjuangan yang lebih ahli dan lebih
berpengalaman dalam keprajuritan itu, kelak akan mengambil inisiatif
mengarang buku kemiliteran itu, yang lebih sempurna. Buku semacam itu
perlu sekali buat mempopulerkan ilmu-keprajuritan di antara Rakyat
serta Pemuda kita justru sekarang ini!
Perkara latihan dan teknik Perang sengaja tiada kami majukan disini!
Dalam hal ini latihan-Jepang selama dua-tiga tahun dan teristimewa pula
latihan dan teknik perang selama dua-tiga tahun bertempur di medan
peperangan Indonesia yang sesungguhnya itu, kami rasa sudah lebih dari
pada memadai, dan diketahui oleh pulu ribuan prajurit kita sekarang.
Yang kami majukan disini cuma beberapa Hukum-Kemiliteran yang kami
rasa amat penting! Hukum Kemiliteran itulah, disamping pengetahuan yang
lain-lain tentang politik dan ekonomi yang kami rasa harus dimiliki
oleh SANG GERILYA, sebagai anggota atau pemimpin Laskarnya.
Taktik Gerilya yang mengacau-balaukan Tentara Napoleon di Spanyol
pada abad yang lalu; taktik Gerilya sekepal Laskar-Boor yang
mengocar-kacirkan Tentara Inggris yang kuat-modern pada permulaan abad
ini di Afrika-Selatan, taktik Gerilya yang memusing-menggila-bingungkan
Tentara ber-mesinnya Fasis Jerman di Rusia pada perang Dunia kedua
yang baru lalu ini ……………. Taktik dan Laskar Gerilya adalah senjata yang
maha-tajam bagi Rakyat Miskin tertindas; bersenjata serba sederhana
saja, untuk menghalaukan musuh yang bersenjatakan modern.
Mudah-mudahan Risalah, yang tertulis tergesa-gesa dalam keadaan serba
sulit ini akan memberikan faedah kepada pemuda/pemudi,
pahlawan-perwira pembela bangsa dan Masyarakat-Murba Indonesia Raya!
Rumah Penjara Madiun, 17 Mei 1948
Penulis
T A N M A L A K A
Gerpolek: Gerilya Politik Ekonomi Karya Tan Malaka
Baca juga mengenai jejak perjalanan Tan Malaka semasa hidupnya, tentang perjalanannya yang terus melawan dan melawan, dengan gigih dan penuh keberanian. Klik disini.
wahh kyaknya seru nihh gan bukunya saya izin Download yah gan :) salam kenal aja dari Cinta Teknologi :)
ReplyDeletegan koq linknya mati :3
ReplyDeletebisa kok....barusan ane coba... :))
ReplyDelete