Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

22 April 2013

Kartini Mati diBunuh



Jika melihat dari judul tulisan ini, apa kira-kira yang sobat fikirkan?
Benarkan kematian Tokoh perempuan Indonesia tersebut merupakan buah hasil pembunuhan yang dilakukan oleh sekelompok oknum. Tokoh yang terkenal rajin menuliskan surat kepada kerabat sejawatnya di eropa ini, merupakan pejuang hak perempuan pada masanya. Melalui surat-suratnya, ia mencoba menuliskan dan menceritakan kondisi perempuan Jawa yang memprihatinkan. Namun, benarkah kematian Kartini merupakan sebuah pembunuhan?? Mari kita mencoba menelusuri sejarah, mencoba mengais kisah masa itu, semoga memang memiliki kontribusi pengetahuan bagi kita semua.
Dalam kacamata sejarah, kematian tokoh perempuan R.A Kartini sebenarnya masih banyak mengandung misteri. Mengingat kematian Kartini yang dianggap sangat cepat itu. Tentu kejadian tersebut membuat banyak pihak terkejut. Abendanon yang sudah menganggap Kartini sebagai anaknya sendiri juga sangat terkejut ketika mendengan kematian Kartini. Meskipun demikian, para petinggi Kabupaten Rembang tidak melakukan inisiatif penyidikan.

Dalam bukunya yang berjudul "Kartini Mati di Bunuh", Efatino Febriana menyebutkan bahwa dalam kematian Kartini sangat mungkin sebenarnya melibatkan orang dalam atau keluarga Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Sebab pemikiran-pemikiran Kartini dianggap sebagai sebuah ancaman besar bagi kaum feodal yang ada di Kabupaten Rembang pada masa itu. Atas dasar hal tersebut, Efatino menyebutkan juga, bahwa banyak keluarga suami kartini yang tidak menyukai gagasan Kartini tentang pemberian pelajaran bagi kaum perempuan.

Lalu, apakah kematian Kartini sebenarnya merupakan sebuah pembunuhan?
Dalam hal ini, keponakan kartini Soetijoso Tjondronegoro berpendapat:

“bahwa ibu kartini sesudah melahirkan puteranya, wafatnya banyak didesas-desuskan, itu mungkin karena intrik dalam Kabupaten. Tetapi desas-desus tersebut tidak dapat dibuktikan. Dari banyak pihak keluarga juga tidak mencari-mencari kea rah itu, melainkan menerima keadaan sebagaimana faktanya dan sudah dikehendaki oleh yang Mahakuasa”

Dalam lain kesempatan, keponakan Kartini menuturkan terkait kematian kartini. Bahwa sehari sebelum kematian Kartini, Soetijoso sedang duduk di pendopo kawedanan bersama ayahnya. Tiba-tiba tepat diatas kepala ayahnya, seekor cicak jatuh. Menurut kepercayaan orang jawa, jika ada seekor cicak yang jatuh tepat diatas kepala maka akan ada salah satu dari anggota keluarga yang lebih tua akan meninggal. Selain itu juga pada malam yang sama, di seluruh Kabupaten Rembang berbau semerbak harumnya bunga melati. Kemudian keesokan harinya terdengar kabar bahwa Kartini telah tiada.

Kartini meninggal empat hari pasca melahirkan puteranya. Dr van Ravesteyn merupakan dokter yang biasa menangani Kartini ketika akan melahirkan, doter ini cukup terkenal dan berasal dari Belanda. Hingga pada hari keempat, Dr van berkunjung untuk menengok keadaan Kartini, dan masih baik-baik saja. Namun pada saat Dr van hendak pamit untuk pulang, keduanya singgah dan meminum anggur sebagai symbol perpisahan. Setengah jam kemudian, Kartini hilang kesadaran. Dan Dr van kembali dipanggil, namun sayang ia tidak bisa mnyelematkan nyawa pemikir perempuan Indonesia itu.

Dalam kematiannya saat itu, tidak ada otopsi ataupun pemeriksaan terhadap jasad Kartini. Sebab keesokan harinya jenazah Kartini langsung dikebumikan.

Setelah kematian Kartini, Abendanon yang sudah menganggap Kartini sebagai anaknya sendiri kemudian mengumpulkan surat-surat Kartini dan membukukannya. Pada saat itu Abendanon menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku yang dikumpulkan Anbedanon dari hasil surat-surat Kartini kepada teman dan kerabat di Eropa itu, kemudian diberi judul “Door Duisternis tot Licht” atau yang berarti “Dari Kegelapan Menuju Cahaya”. Buku tersebut diterbitkan pada tahun 1911. Dan pada tahun 1922 Balai Pustaka menerbitkannya dengan menggunakan bahasa Melayu yang diberi judul “Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah pikiran”. Baru pada tahun 1938 keluarlah “Habis Gelap Terbitlah Terang” versi Armijn Pane, seorang sastrawan pujangga baru pada masa itu.

Secara keseluruhan, sebenarnya kematian R.A Kartini memang sangat mengejutkan. Namun, sebab akibat kematiannya sama sekali tidak di ungkap hingga sekarang. Semoga misteri tersebut bukan menjadi penghalang bagi ketenangan arwah Kartini, sebaliknya justru memberikan penerang dalam kehidupan di alam sana.

7 comments:

  1. Eh mbie Bu Kartini ninggale umur pira yaa?
    Bener juga tuh dulu belum mengenal otopsi atau emang keluarga bener2 ikhlas dengan kepergian beliau ya.

    ReplyDelete
  2. tesih enom kang, umur 25 wis ninggal tanggal 17 september 1904.
    kalo dari buku-buku sing tek waca, keluarga memang ikhlas. jangan salah dokter sing menangani Kartini pada saat melahirkan juga dokter cukup tersohor dari belanda.

    ReplyDelete
  3. komen bagian otopsi.
    kayane gara2 ora ana polisi hindia belanda luh, anane militer hindia belanda. hehehehe

    ReplyDelete
  4. ahahaaa....menir mbok malah yah anane,,,hehe

    ReplyDelete
  5. kartini, kartini, kartini, benarkah beliau satu-satunya perempuan yg peduli trhadap pendidikan seorang perempuan pd saat it?

    ReplyDelete
  6. ada, pasti ada.
    persoalannya hanya apakah sejarah mengingatnya atau justru melupakannya... :D

    ReplyDelete
  7. Tak apalah masalah yang lain tersisih atau terlupakan lebih dulu dalam sejarah, jauhhh sebelum dibukukan dan dikenang. Asalkan kita tidak lupa atau menyisihkan pula R.A.Kartini sebagai "satu-satunya" dalam benak dan sejarah kita. Hormati saja sejarah Negara kita.

    ReplyDelete