Jika melihat dari judul tulisan ini, apa kira-kira yang sobat fikirkan?
Benarkan
kematian Tokoh perempuan Indonesia tersebut merupakan buah hasil
pembunuhan yang dilakukan oleh sekelompok oknum. Tokoh yang terkenal
rajin menuliskan surat kepada kerabat sejawatnya di eropa ini,
merupakan pejuang hak perempuan pada masanya. Melalui surat-suratnya, ia
mencoba menuliskan dan menceritakan kondisi perempuan Jawa yang
memprihatinkan. Namun, benarkah kematian Kartini merupakan sebuah
pembunuhan?? Mari kita mencoba menelusuri sejarah, mencoba mengais kisah masa itu, semoga memang memiliki kontribusi pengetahuan bagi kita semua.
Dalam kacamata
sejarah, kematian tokoh perempuan R.A Kartini sebenarnya masih banyak
mengandung misteri. Mengingat kematian Kartini yang dianggap sangat cepat itu.
Tentu kejadian tersebut membuat banyak pihak terkejut. Abendanon yang sudah
menganggap Kartini sebagai anaknya sendiri juga sangat terkejut ketika
mendengan kematian Kartini. Meskipun demikian, para petinggi Kabupaten Rembang
tidak melakukan inisiatif penyidikan.
Dalam bukunya yang berjudul "Kartini Mati di Bunuh",
Efatino Febriana menyebutkan bahwa dalam kematian Kartini sangat mungkin
sebenarnya melibatkan orang dalam atau keluarga Adipati Ario Singgih Djojo
Adhiningrat. Sebab pemikiran-pemikiran Kartini dianggap sebagai sebuah ancaman
besar bagi kaum feodal yang ada di Kabupaten Rembang pada masa itu. Atas dasar
hal tersebut, Efatino menyebutkan juga, bahwa banyak keluarga suami kartini
yang tidak menyukai gagasan Kartini tentang pemberian pelajaran bagi kaum
perempuan.
Lalu, apakah
kematian Kartini sebenarnya merupakan sebuah pembunuhan?
Dalam hal ini,
keponakan kartini Soetijoso Tjondronegoro berpendapat:
“bahwa
ibu kartini sesudah melahirkan puteranya, wafatnya banyak didesas-desuskan, itu
mungkin karena intrik dalam Kabupaten. Tetapi desas-desus tersebut tidak dapat
dibuktikan. Dari banyak pihak keluarga juga tidak mencari-mencari kea rah itu,
melainkan menerima keadaan sebagaimana faktanya dan sudah dikehendaki oleh yang
Mahakuasa”
Dalam lain
kesempatan, keponakan Kartini menuturkan terkait kematian kartini. Bahwa sehari
sebelum kematian Kartini, Soetijoso sedang duduk di pendopo kawedanan bersama
ayahnya. Tiba-tiba tepat diatas kepala ayahnya, seekor cicak jatuh. Menurut
kepercayaan orang jawa, jika ada seekor cicak yang jatuh tepat diatas kepala
maka akan ada salah satu dari anggota keluarga yang lebih tua akan meninggal. Selain
itu juga pada malam yang sama, di seluruh Kabupaten Rembang berbau semerbak
harumnya bunga melati. Kemudian keesokan harinya terdengar kabar bahwa Kartini
telah tiada.
Kartini meninggal
empat hari pasca melahirkan puteranya. Dr van Ravesteyn merupakan dokter yang
biasa menangani Kartini ketika akan melahirkan, doter ini cukup terkenal dan
berasal dari Belanda. Hingga pada hari keempat, Dr van berkunjung untuk
menengok keadaan Kartini, dan masih baik-baik saja. Namun pada saat Dr van
hendak pamit untuk pulang, keduanya singgah dan meminum anggur sebagai symbol
perpisahan. Setengah jam kemudian, Kartini hilang kesadaran. Dan Dr van kembali
dipanggil, namun sayang ia tidak bisa mnyelematkan nyawa pemikir perempuan
Indonesia itu.
Dalam kematiannya
saat itu, tidak ada otopsi ataupun pemeriksaan terhadap jasad Kartini. Sebab
keesokan harinya jenazah Kartini langsung dikebumikan.
Setelah kematian
Kartini, Abendanon yang sudah menganggap Kartini sebagai anaknya sendiri
kemudian mengumpulkan surat-surat Kartini dan membukukannya. Pada saat itu
Abendanon menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia
Belanda. Buku yang dikumpulkan Anbedanon dari hasil surat-surat Kartini kepada
teman dan kerabat di Eropa itu, kemudian diberi judul “Door Duisternis tot
Licht” atau yang berarti “Dari Kegelapan Menuju Cahaya”. Buku tersebut
diterbitkan pada tahun 1911. Dan pada tahun 1922 Balai Pustaka menerbitkannya
dengan menggunakan bahasa Melayu yang diberi judul “Habis Gelap Terbitlah
Terang: Boeah pikiran”. Baru pada tahun 1938 keluarlah “Habis Gelap Terbitlah
Terang” versi Armijn Pane, seorang sastrawan pujangga baru pada masa itu.
Secara keseluruhan, sebenarnya kematian R.A Kartini
memang sangat mengejutkan. Namun, sebab akibat kematiannya sama sekali
tidak di ungkap hingga sekarang. Semoga misteri tersebut bukan menjadi
penghalang bagi ketenangan arwah Kartini, sebaliknya justru memberikan
penerang dalam kehidupan di alam sana.
Eh mbie Bu Kartini ninggale umur pira yaa?
ReplyDeleteBener juga tuh dulu belum mengenal otopsi atau emang keluarga bener2 ikhlas dengan kepergian beliau ya.
tesih enom kang, umur 25 wis ninggal tanggal 17 september 1904.
ReplyDeletekalo dari buku-buku sing tek waca, keluarga memang ikhlas. jangan salah dokter sing menangani Kartini pada saat melahirkan juga dokter cukup tersohor dari belanda.
komen bagian otopsi.
ReplyDeletekayane gara2 ora ana polisi hindia belanda luh, anane militer hindia belanda. hehehehe
ahahaaa....menir mbok malah yah anane,,,hehe
ReplyDeletekartini, kartini, kartini, benarkah beliau satu-satunya perempuan yg peduli trhadap pendidikan seorang perempuan pd saat it?
ReplyDeleteada, pasti ada.
ReplyDeletepersoalannya hanya apakah sejarah mengingatnya atau justru melupakannya... :D
Tak apalah masalah yang lain tersisih atau terlupakan lebih dulu dalam sejarah, jauhhh sebelum dibukukan dan dikenang. Asalkan kita tidak lupa atau menyisihkan pula R.A.Kartini sebagai "satu-satunya" dalam benak dan sejarah kita. Hormati saja sejarah Negara kita.
ReplyDelete