Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

31 August 2013

Ketika Kopi Menjadi Salah Satu Syarat Dalam Ritual Pagi

Ketika kopi menjadi salah satu syarat dalam ritual pagi, barang kali memang itulah komposisi paling pas. Dimana pagi, merupakan sebuah titik penentu berakhirnya cerita malam sekaligus sebuah awal penentu dalam kelanjutan cerita hari.



Kenapa mesti kopi? Sederhana, karena aku penikmat dari minuman itu, karena kopi lah yang bersanding denganku ketika kawan merapalkan berbagai macam bentuk teori. Barangkali memang benar, inilah sebuah catatan dari penikmat kopi. Sebuah catatan yang bisa jadi berisi "pembenaran-pembenaran" konyol dari berbagai sudut pandang. Karena memang, lagi-lagi aku terlanjur menyukai kopi.

Seperti pagi ini, ketika fajar mulai menyingsing dengan berbagai tawaran cerita lain. Ketika pagi menjamah hampir setiap lini cawan-cawan dialektika kehidupan. Ketika pagi mulai merangkak menyusuri setiap senti setapak jejak semesta. Aku, termangu berdiskusi dengan kebisuan embun yang mengkristal diantara dedaunan ketapang.

Memang benar, diluar sana terlalau banyak rapalan yang meyakinkan bahwa kopi bukan satu-satunya kawan untuk menikmati pagi. Masih ada hangatnya teh yang lembut dan manjanya susu yang semakin mesra. Namun, kopi tetaplah kopi. Sebuah perpaduan manisnya gula dengan pahitnya kopi. Sebuah perkawinan rasa yang romantis, sebuah perpaduan dari dua hal yang berbeda dan justru semakin terlihat harmonis bukan?..

Karena itulah, kenapa bagiku kopi menjadi salah satu komponen yang wajib adanya sebelum cerita pagi terlalu jauh menentukan diksi-diksi kehidupan. Sebab biar bagaimanapun, cerita pagi merupakan bagian dari serpihan-serpihan banyak cerita. Dan kopi, salah satu bagian dari pagi itu sendiri.

Jika memang benar, barangkali disanalah terselip banyak inspirasi. Di dalam pusaran cawan yang tertuang kopi panas, di setiap tegukan yang merasuki tenggorokan. Sebelum pada akhirnya berhasil merangsang otak untuk tetap setia pada aktifitasnya dalam berpikir.

Inilah catatan sekaligus kesaksian seorang penikmat, pengakuan seorang pencinta, serta pembenaran seorang pecandu.

Karena itu, aku selalu berharap bersama kopi dapat menemukan abjad-abjadku yang sempat hilang atau lebih tepatnya menghilang. Aku juga berharap, karena kopi dapat melemaskan jari-jari ketika mulai terasa kaku dan enggan menyusun abjad-abjad kehidupan. Karena aku adalah orang itu, si penikmat kopi sekaligus pecandu.

Dan inilah catatan yang dipersembahkan untuk #kopiku pada pagi hari, kopi yang kerapkali menemani dalam diskusi-diskusi, kopi yang kerapkali melahirkan sebuah puisi, kopi yang kadang menjadi ladang sekaligus bagian dari inspirasi, kopi yang tak jarang mewakili rapalan-rapalan sebuah mimpi. Karena pagi adalah kopi, dan kopi merupakan inspirasi. Salam pahit manisnya kopi, dari perkawinan dua unsur berbeda yang menciptakan selera. 



"Ketika kopi menjadi salah satu syarat dalam ritual pagi
 Karena perbedaan itu indah dan kopi menjadi bergairah sebagai kawan dalam berkisah"






2 comments:

  1. kopi + gorengan pisang yang masih hangat bisa lebih nikmat :D

    ReplyDelete
  2. hee jelas itu mantep banget kaka....terimakasih sudah mampir, monggo ngopi dulu masnya :)

    ReplyDelete