Fenomena banyaknya masyarakat
desa yang berbondong-bondong ke ibu kota dan kota-kota besar lainnya, membuat “mudik”
menjadi suatu tradisi tahunan yang cukup populer. Terlepas dari kondisi
tersebut juga umat muslim di Indonesia yang menjadi mayoritas dari umat
beragama lainnya. Keadaan tersebut membuat pemerintah wajib melakukan
pengawasan yang lebih, khususnya dalam pengamanan lalu lintas.
Biasanya, sebelum bulan
ramadhan seperti saat ini media sudah banyak memberikan informasi seputar
mudik. Namun untuk tahun ini nampaknya masih belum terlihat intensitas media
dalam memberikan informasi seputar tradisi tahunan itu. Hal ini sedikit
banyaknya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu penyelenggaraan piala dunia dan
pemilu di Indonesia.
Media televisi
misalnya, dalam setiap harinya prosentase antara pemberian informasi seputar
mudik dengan pemberitaan seputar pencapresan dari masing-masing kandidat masih
cukup timpang. Belum lagi pagelaran piala dunia olah raga yang paling digemari
diseluruh dunia yakni sepak bola.
Meskipun memang antara
piala dunia dan pemilu jaraknya lebih dekat dibandingkan dengan rutinitas
tahunan (mudik), setidaknya ada bentuk-bentuk informasi yang lebih dibutuhkan
oleh masyarakat. Hemmm nampaknya memang piala dunia dan pemberitaan kampanye
masing-masing capres lebih dipentingkan dari pada pemberian informasi seputar
mudik.
Pemilu memang penting,
mengingat hal tersebut merupakan proses penentuan nasib bangsa lima kedepan. Namun
jika saya melihat informasi yang diberikan oleh media (khususnya televisi)
nampaknya pemberitaan mengenai pemilu hanya menuju pada pengklaiman
masing-masing kerja para calon. Misalnya media televisi A secara terus menerus
memberitakan aktifitas capres B, sebaliknya media televisi B memberitakan
aktifitas capres A dengan terus-menerus pula.
Artinya, secara
penyajian sebenarnya lebih pada model pencitraan dari pada subtansi penyajian
informasi. Dengan begitu bagi saya cukup disayangkan, padahal kebutuhan
informasi seputar mudik masyarakat perantau cukup penting. Terlebih jika kita
lihat kondisi infrastruktur kita yang sebagian besar jalur mudik kurang mumpuni
(masih banyak jalur mudik rusak).
Disini saya bukan
melarang penyajian media televisi mengenai pemilu, hanya saja setidaknya tidak semua
informasi yang disajikan televisi melulu soal capres. Karena informasi seputar
mudik juga cukup penting, seperti yang sudah saya paparkan diatas bahwa banyak
masyarakat desa yang berbondong-bondong ke kota-kota besar guna memenuhi
kebutuhan. Dan momentum lebaran seringkali digunakan untuk berkunjung ke
kampung halaman guna merayakan lebaran bersama keluarga.
Semoga penyuguhan
mengenai aktifitas capres ataupun partai tidak sepenuhnya memangkas informasi
yang lebih dubutuhkan masyarakat Indonesia. Disinilah sebenarnya peran media
dalam memposisikan dirinya sebagai salah satu pilar demokrasi seharusnya
dibuktikan. Tentu saja dengan “keindependenannya” dalam proses menyuguhkan
informasi kepada khalayak. Maka masyarakat lebih diutamakan ketimbang
kepentingan suatu golongan tertentu saja, terlebih soal politik.
Marhaban Ya
Ramadhan.....
0 komentar:
Post a Comment