Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

01 July 2014

Media: Informasi "Mudik" vs Pencitraan Capres

Fenomena banyaknya masyarakat desa yang berbondong-bondong ke ibu kota dan kota-kota besar lainnya, membuat “mudik” menjadi suatu tradisi tahunan yang cukup populer. Terlepas dari kondisi tersebut juga umat muslim di Indonesia yang menjadi mayoritas dari umat beragama lainnya. Keadaan tersebut membuat pemerintah wajib melakukan pengawasan yang lebih, khususnya dalam pengamanan lalu lintas.

Biasanya, sebelum bulan ramadhan seperti saat ini media sudah banyak memberikan informasi seputar mudik. Namun untuk tahun ini nampaknya masih belum terlihat intensitas media dalam memberikan informasi seputar tradisi tahunan itu. Hal ini sedikit banyaknya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu penyelenggaraan piala dunia dan pemilu di Indonesia.


Media televisi misalnya, dalam setiap harinya prosentase antara pemberian informasi seputar mudik dengan pemberitaan seputar pencapresan dari masing-masing kandidat masih cukup timpang. Belum lagi pagelaran piala dunia olah raga yang paling digemari diseluruh dunia yakni sepak bola.

Meskipun memang antara piala dunia dan pemilu jaraknya lebih dekat dibandingkan dengan rutinitas tahunan (mudik), setidaknya ada bentuk-bentuk informasi yang lebih dibutuhkan oleh masyarakat. Hemmm nampaknya memang piala dunia dan pemberitaan kampanye masing-masing capres lebih dipentingkan dari pada pemberian informasi seputar mudik.

Pemilu memang penting, mengingat hal tersebut merupakan proses penentuan nasib bangsa lima kedepan. Namun jika saya melihat informasi yang diberikan oleh media (khususnya televisi) nampaknya pemberitaan mengenai pemilu hanya menuju pada pengklaiman masing-masing kerja para calon. Misalnya media televisi A secara terus menerus memberitakan aktifitas capres B, sebaliknya media televisi B memberitakan aktifitas capres A dengan terus-menerus pula.

Artinya, secara penyajian sebenarnya lebih pada model pencitraan dari pada subtansi penyajian informasi. Dengan begitu bagi saya cukup disayangkan, padahal kebutuhan informasi seputar mudik masyarakat perantau cukup penting. Terlebih jika kita lihat kondisi infrastruktur kita yang sebagian besar jalur mudik kurang mumpuni (masih banyak jalur mudik rusak).

Disini saya bukan melarang penyajian media televisi mengenai pemilu, hanya saja setidaknya tidak semua informasi yang disajikan televisi melulu soal capres. Karena informasi seputar mudik juga cukup penting, seperti yang sudah saya paparkan diatas bahwa banyak masyarakat desa yang berbondong-bondong ke kota-kota besar guna memenuhi kebutuhan. Dan momentum lebaran seringkali digunakan untuk berkunjung ke kampung halaman guna merayakan lebaran bersama keluarga.

Semoga penyuguhan mengenai aktifitas capres ataupun partai tidak sepenuhnya memangkas informasi yang lebih dubutuhkan masyarakat Indonesia. Disinilah sebenarnya peran media dalam memposisikan dirinya sebagai salah satu pilar demokrasi seharusnya dibuktikan. Tentu saja dengan “keindependenannya” dalam proses menyuguhkan informasi kepada khalayak. Maka masyarakat lebih diutamakan ketimbang kepentingan suatu golongan tertentu saja, terlebih soal politik.

Marhaban Ya Ramadhan.....

0 komentar:

Post a Comment