Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

27 June 2014

Perang Politik Merambah Media Sosial

Di era modern seperti sekarang ini, siapa yang tidak mengenal media sosial. Sebuah media yang pada mulanya digunakan sebagai ajang interaksi pertemanan dalam dunia maya. Namun setelah internet terus mengalami kemajuan dan banyaknya pengguna, media sosial juga kian banyak kegunaannya. Mulai dari promosi, berbisnis, bermain game dan masih banyak lagi yang bisa dilakukan melalui media sosial.

Namun terlepas dari fungsi dan pemfungsian media sosial yang sudah dipaparkan di paragraf pertama, kali ini media sosial juga sangat ramai digunakan sebagai ajang kampanye politik. Terlebih di tahun 2014 ini, dimana negara kita Indonesia akan melakukan hajat lima tahunan yaitu pemilu. Jelas, penggunaan media sosial sebagai ajang kampanye politik semakin kencang.

Kita lihat saja twitter, media sosial ini nampaknya menjadi sasaran empuk bagi para tim sukses pemenangan tiap-tiap partai dalam berkampanye guna mendulang suara yang sebanyak-banyaknya. Mengingat banyaknya pengguna media sosial ini di Indonesia, maka tidak heran jika para tim pemenangan suatu calon ataupun partai politik memilih media sosial sebagai salah satu tempat yang cukup masif digunakan sebagai ajang kampanye.

Secara garis besar, hal tersebut bisa jadi mampu memberikan ruang keterbukaan yang lebih luas. Dengan kata lain, para pengguna media sosial bisa dengan langsung berdiskusi ataupun mempertanyakan hal yang berkaitan dengan visi-misi. Bahkan bisa juga sebagai ajang kritik saran terhadap kinerja suatu lembaga tertentu. Disinilah peran media sosial menjadi positif dan lebih terlihat fungsi serta kegunaannya yang berarti.


Seperti yang sedang ramai saat ini, dimana ada dua calon presiden yang akan dipilih secara langsung oleh masyarakat Indonesia pada 09 Juli mendatang. Dan menariknya dari kedua kubu calon tersebut masing-masing memiliki akun media sosial. Dengan begitu, para pengguna bisa secara langsung mempertanyakan ataupun mendiskusikan gagasan-gagasan ke depan untuk Indonesia. Jika hal tersebut mampu berjalan lancar, tentu saja ini akan menjadi lebih baik dan tepat ketika dibenturkan dengan demokrasi.

Namun sepanjang musim pemilu mulai memasuki babak penentuan, keberadaan media sosial semakin banyak digunakan sebagai ajang saling serang antar calon maupun tim pemenangan masing-masing calon. Lihat saja, entah ada berapa ribu akun yang hampir setiap harinya hanya membicarakan kejelekan-kejelekan kubu lawannya. Hingga yang terjadi dan dilihat oleh masyarakat awam justru seperti perselisihan anak kecil yang tidak mau saling berdamai. Tentu hal ini sangat disayangkan, mengingat efek yang akan ditimbulkan pastilah sangat luas. Bahkan sangat mungkin, ketika masyarakat justru semakin bingung untuk membedakan siapa benar siapa salah, mana benar mana salah, mana pantas mana tidak.

Efek-efek seperti itu seharusnya menjadi PR kita bersama untuk menggunakan media sosial sebagai mana mestinya. Kalaupun memang berkeinginan menggunakan media sosial sebagai lahan kampanye untuk menjajakan keunggulan calon, itu sah-sah saja. Namun apakah untuk melakukan hal yang baik harus dengan cara menjatuhkan lawan politik. Atau begitulah “sistem demokrasi” itu seharusnya berjalan? Saling serang satu sama lain, saling menjatuhkan  antar lawan politik. Saya kira tidak!!!

Hal yang sangat mungkin ketika perselihan itu terus dipropagandakan justru semakin ruwet. Perpecahan demi perpecahan terus ada, perselisihan antar golongan kian meluas, tentu saja hal tersebut bukanlah hal yang kita inginkan. Di tahun 2014 ini, kita sama-sama menginginkan perubahan ke arah yang lebih baik. Artinya ketika memang harapan kita menjadikan Indonesia menjadi bangsa yang makmur sejahtera, meminimalisir terjadinya konflik tentu menjadi salah satu hal yang harus dilakukan. Karena persatuan dan kesatuan kitalah yang nantinya akan sanggup menentukan bangsa menjadi lebih baik. Begitu sebaliknya, ketika perselisihan masih saja terjadi dan bahkan semakin kental serta meluas. Maka yang terjadi yaitu perpecahan, sementara perpecahan hanya akan memperpanjang upaya-upaya menjadikan Indonesia lebih baik.

Karena itu, mari gunakan media sosial sebagai ajang pemenuhan sekaligus sedikit wujud dari sistem demokrasi itu sendiri. Sebuah keterbukaan, suatu interaksi positif, serta ajang menggalang persatuan Indonesia yang masif dan progresif. Semoga keberadaan media sosial tidak hanya dijadikan sebagai ajang propaganda terselubung, melainkan sebagai ajang pencapaian cita-cita bersama menuju Indonesia yang lebih makmur sejahtera. Aamiin 

0 komentar:

Post a Comment