Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

09 October 2014

Catatan Di Pertiga Rasa (DPR) dalam Majelis Subuh

Hallo sahabat blogger, barangkali ini masih terlalu dini untuk
mengucap selamat pagi. Akhir-akhir ini negeri ini nampaknya lagi ramai
seputar DPR dan MPR. Terlepas dari penguasa ataupun perebutan kursi
senayan, apa lagi kiranya yang terbesit dalam benak sahabat sekalian
saat mendengar kata DPR dan MPR? Tentu saja, keduanya merupakan
lembaga negara yang memiliki misi menyuarakan suara rakyat. Ada yang
bilang suara rakyat, suara Tuhan. Kebayang, betapa "mulia" orang-orang
yang ada di senayan jika mereka benar-benar menyuarakan suara rakyat.
Memperjuangkan kedaulatan rakyat menuju kesejahteraan masyarakatnya.

Namun, diantara dinamika perpolitikan yang terjadi akhir-akhir ini.
Seusai pilpres, nampaknya belum juga adem. Justru peta perpolitikan
terlihat semakin memanas, mulai dari suasana sidang paripurna yang
banyak diwarnai kegaduhan hingga drama kepentingan yang bagi saya
"entahlah" apa maksud dari semua itu. Betapa orang-orang itu penuh
semangat (semoga benar-benar demi kepentingan rakyat), sidang bahkan
sampai pagi. Semalaman suntuk, sudah seperti wayangan saja kalau
dikampungku.

Bahkan hingga sekarang, saat saya melihat pemberitaan diberbagai media
seolah suasana panas dalam perpolitikan tak kunjung reda.
Masing-masing kubu memiliki argumen yang mengatasnamakan kepentingan
rakyat, demi menjaga keutuhan NKRI, dan kebaikan lainnya. Awalnya,
mengikuti pemberitaan-pemberitaan semacam itu mengasyikan. Kadang,
sedikit terselip pembelajaran mengenai politik. Namun lama-lama saya
mulai males, tiap-tiap media memiliki caranya sendiri dalam
mengkampanyekan kubunya. Tidak hanya satu-dua kali, melainkan hampir
tiap hari. Drama-drama politik mulai dikemas apik melalui media, bagu
saya yang tidak memiliki akses kesana secara masif tentu saja hanya
mengetahui melalui media. Namun bukan pencerahan, yang ada justru
semakin dibuat bingung. Masing-masing punya alasan untuk membenarkan
argumen, nah orang-orang seperti saya ini tentu saja hanya
manggut-manggut, setelah itu menggeleng.

Kata seorang kawan, dalam politik tidak ada kawan dan lawan yang
abadi. Semua bisa berbalik sewaktu-waktu, yang abadi hanyalah
kepentingan itu sendiri. Barangkali memang benar kawanku itu, lihat
saja kader partai A tiba-tiba pindah ke partai C. Semua kesana-kemari
untuk mendapat dukungan demi kepentingannya goal. Wahai para wakil
rakyat, jangan terus-terusan memoles kepentingan sendiri dan
kelompokmu dengan nama kepentingan rakyat.

Nah, sahabat blogger apa kira-kira komentar kalian terhadap para
penghuni senayan periode ini? Semoga memang lebih baik dan membawa
dampak lebih baik pula bagi rakyat Indonesia. Barangkali dari kalian
memiliki kerabat, teman, saudara atau bahkan tetangga yang menjadi
anggota dewan yang baik dan benar-benar membela kepentingan rakyat.

Karena saya tetap percaya, diantara kasus korupsi yang menyandung para
wakil rakyat masih ada diantara mereka wakil rakyat yang bersih
(semoga). Masih ada orang-orang baik dalam senayan, walaupun bisa jadi
secara kuantitas lebih sedikit (wallohu a'lam). Yang pasti jika para
wakil rakyat di parlemen sudah tidak perduli lagi dengan nasib rakyat,
maka parlemen tandingan harus ada. Rakyat harus percaya terhadap
parlemen jalanan. Dan mari berdoa bersama untuk kejayaan Indonesia,
baik dimata rakyatnya maupun dimata dunia. Indonesia Jayalah.

3 comments:

  1. Apapun nama koalisinya selama dia membuat Indonesia menjadi lebih baik, kita ahrus tetap mendukung :-D

    ReplyDelete
  2. setuju banget sma sobat rullah, :D
    salam kenal, jangan lupa mampirdiblogku yaa :)

    ReplyDelete
  3. Pokoknya untuk Indonesia yang lebih baik, lebih sejahtera.... MERDEKA!!!! :))

    ReplyDelete