Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

26 November 2014

Ruang Sakral: Catatan Dalam Kamar Mandi

Pernahkah kamu berpikir sebuah tempat dimana inspirasi untuk menulis
itu berlimpah? Atau semacam ruangan semedi guna menggagahi keresahan
hidup yang kemudian disimpan dalam brangkas ide? Atau bisa juga
disebut sebagai semacam ritual yang dilakukan sebelum menulis.

Kita semua tahu, banyak tingkah polah yang dilakukan oleh para penulis
hebat sebelum memulai menulis. Hebatnya lagi, ritual-ritual tersebut
berubah menjadi sesuatu yang seolah sakral/ disakralkan. Mulai dari
mengunjungi tempat-tempat tertentu sampai melakukan aktifitas
tertentu. Selayaknya para penulis hebat tersebut, aku kira kalian juga
mempunyai ritual yang menurut kalian sakral untuk dilakukan bukan?
Minimal kalian punya tempat favorit dimana kalian bisa "memperkosa"
pikiran kalian sendiri untuk merangkai abjad-abjad tanpa nama. Hingga
pada akhirnya lahirlah sebuah cerita dengan berbagai model dinamika
keceriaannya.

Dan adakah diantara kalian yang menjadikan WC/ kamar mandi sebagai
tempat paling sesitif dalam menggagas sebuah ide sebelum menulis??
Bagiku, disanalah tempat itu, ruang semedi paling berpengaruh untuk
suatu perenungan hidup yang kian glamor ini. Jangan tanya alasannya,
pun ketika kalian memilih warung kopi atau kamar pribadi hingga ruang
kelas, sama saja. Begitulah, kadang tidak semua hal memiliki alasan
yang dapat diutarakan melalui kata ataupun tulisan. Semua itu mengalir
begitu saja, barangkali seperti sihir rupanya. Tak terlihat oleh kasat
mata.

Seringkali ide serta gagasan tiba-tiba berlarian begitu saja. Disana,
ketika aku sedang jongkok dalam ketegangan menahan saakitnya perut.
Entah, barangkali kali karena disanalah (konon) iblis kerap kali
menghuni. Kalau-kalau mereka itulah yang merangsang pikiran kian liar,
serta gila dalam mengurai ide dan gagasan. Sekali lagi, itu hanya
barangkali. Sebab tidak semua alasan dapat dituangkan dalam kata-kata
serta tulisan. Atau bisa saja tidak semua hal baik itu harus kita
lakukan dengan alasan.

Karena itu, kalau-kalau suatu saat aku dapat berkunjung ke tempat
kalian, jangan heran ketika ada durasi lebih saat aku berada dalam WC/
kamar mandi. Bisa jadi saat itu aku sedang mengandangkan ide-ide yang
saling berlarian dikepala. Kalau tidak, pastilah ada sesuatu yang
konslet di perut, katakanlah mules.

Bagiku, imajinasi harus liar, sesekali nakal tak mengapa. Sebab masa
depan sering kali berawal dari hal-hal saat ini masih dianggap tabu
atau bahkan mustahil. Pernahkah kalian membayangkan, bagaimana nenek
moyang kita dulu berpikiran sedemikian liarnya, sampai-sampai muncul
ide gila kalau ada pesawat terbang yang bisa mengangkut ratusan
manusia ke negara lain hanya dalam hitungan jam. Aku pastikan, dia
yang memiliki ide pesawat terbang saat itu pasti dianggap gila alias
tidak waras. Bagaimana mungkin besi sebesar itu bisa terbang, ditambah
ratusan orang pula, mustahil. Begitu barangkali umpatan mereka yang
secara imajinasi dangkal.

Namun lihatlah sekarang, semua itu terjadi dan nyata. Pesawat yang
biasa digunakan oleh para pejabat negara untuk melakukan kunjungan
kerja itu, semua itu siapa menyangka siapa mengira kalau itu ada dari
imajinasi seseorang yang dulunya dianggap gila atau tidak waras.
Sekarang semuanya menjadi rasional bukan? Ada dan nyata dalam dinamika
kehidupan kita.

Dan pada akhirnya, aku harus mengatakan pada kalian semua. Bahwa aku
juga punya ruang semedi, ruang dimana biasanya ide saling berlarian
kesana-kemari, yah WC. Entahlah, alasan seolah menjadi tidak penting
saat itu. Yang jelas, otak benar-benar menjadi terangsang sedemikian
rupa, abjad-abjad bisu mendadak berteriak menjelaskan. Seperti pagi
ini, ruangan sempit itu kembali. Itulah, kenapa aku menamainya sebagai
ruang sakral dalam soal ide. Entah dengan kalian.
Akhir kata selamat pagi, semangat hari dan #HappyBlogging.



Jogjanesia, dua ribu ampat belas.

0 komentar:

Post a Comment