Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

03 February 2015

Rindu Pulang Pada Masa Kecil

Aku rindu bermain kelereng, rindu merasakan kebanggaan atas keberhasilan membondong puluhan butir kelereng dalam saku kolor di kanan-kiri. Betapa saat itu, perasaan bangga yang bisa jadi tak kan rela untuk dibayar berapapun. Karena itulah kemenangan, membondong puluhan butir kelereng dari teman. Karena apa? Karena untuk mendapatka kemenangan itu tidaklah mudah, meskipun hanya permainan kelereng. Namun hal itu perlu adanya strategi, ketelitian, semangat, hingga penempatan sasaran juga harus berbanding lurus dengan titik tolak yang kita incar. Karena jika salah satu dari syarat itu tidak terpenuhi, jelas kesempatan untuk menang lebih kecil.

Dan terlepas dari syarat diatas, keahlian serta kelihaian bermain cantik merupakan syarat mutlak. Sebab tanpa itu, pasti akan hukuman yang menanti. Disinila uniknya, hukuman bukan berupa denda atau diskualifikasi, namun moral. Yah hukuman secara moral yang jauh sangat menyakitkan, kau takan pernah diajak bermain, sebab permainanmu tidak cantik (curang).

Aih, betapa saat itu begitu ku rindukan. Saat dimana merasa bangga ketika berhasil membondong puluhan butir kelereng, juga saat dimana urung menyerah ketika kalah. Karena esok harinya, permainan pasti berlanjut dan berlanjut lagi. Tak pernah ada dendam, permainan bubar biasanya karena masing-masing simbok kita sudah datang membawa pelepah pisang, mengacung-mengacungkan agar segera berangkat ke langgar. Maka permainan bubar, semua dari kita akan berlarian, barangkali mirip PKL yang tunggang-langgang akibat ada satpol pp. Namun dasar semangat, di sela-sela menanti ustadz datang permainan kelereng akan kembali berlanjut. Pun saat menunggu giliran untuk setoran hafalan turutan (juz 'ama) permainan juga kembali berlangsung.

Betapa semangat seperti itu aku merindukannya, entah dalam diri pribadi maupun dalam diri generasi. Semangat yang akan selalu bangkit dan melawan lagi, meskipun habis kalah. Semangat yang rela dan berani menganbil resiko dalan kondisi apapun demi terciptanya permainan. Ah, apakabar kawanku yang dulu suka mencuri waktu ngaji hanya demi bermain kelereng. Semoga kalian semua tetap bisa menjaga semangat dan kegigihan demi sebuah asa dan cita. Selamat pagi dan selamat bermain kawan.

Bukankah dunia ini serupa panggung sandiwara kawan, seperti dendang sebuah lagu bahwa semua hanya permainan. Maka dari itu kawan, sebagaimana syarat bermain kelereng, untuk menjalani kehidupan dan mengejar cita kita juga membutuhkan syarat itu untuk bermain. Keahlian, strategi, ketelitian serta semangat pantang menyerah tentu menjadi komponen yang tak kalah penting. Dan betapa saat-saat bocah dianggap masih bau kencur justru memiliki warna dan corak keindahan yang aduhai. Dan tahu kau kawan, itulah kenapa rindu menjadi sesuatu yang mahal dan istimewa, terlebih kerinduan pada masa kecil kita sendiri.

7 comments:

  1. Baru mampir udah suka sama tulisannya :)

    www.fikrimaulanaa.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih udah singgah mas fikri, silahkan sambil ngopi-ngopi dulu...hehee

      Meluncur ah, kesana....

      Delete
  2. Baru mampir udah suka sama tulisannya :)

    www.fikrimaulanaa.com

    ReplyDelete
  3. beruntung pernah jadi anak kecil waktu dulu. da sekarang mah, anak kecil nya jarang yang main kelereng karena banyak game virtual yang lebih menarik.
    Nice post :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul mas erdi, keknya kita perlu bikin museum permainan tradisional deh....heheee

      Delete
  4. dan jangan dimusiumkan, kita kenalin lagi lewat virtual haha

    ReplyDelete
  5. heheee boleh juga tuh, bungkus!!!!

    ReplyDelete