Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

10 April 2013

Download: Perburuan Karya Pramoedya

Pramoedya Ananta Toer, siapa yang tak mengenal dirinya. Salah satu tokoh, sastrawan, sejarahwan, juga Novelis Indonesia yang disebut-sebut akan mendapatkan Nobel. Karya-karyanya banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Sosok Pram merupakan sosok yang gigih dalam hal menulis, sebab dalam kondisinya yang hampir semasa hidupnya ada dalam ruang tahanan sama sekali tidak membuat nyali dan kemampuannya surut untuk terus menulis. Bahkan beberapa karya Pram dimusnahkan pada masa Orde Baru, karena disebut-sebut membahayakan kekuasaan pada masa itu. Namun berkat kegigihan beliau, banyak karya-karyanya yang tetap terbit.

Salah satunya adalah novel yang berjudul "Perburuan". Novel ini Novel ini berkisah tentang seorang pejuang yang sangat mencintai negerinya. Rentang waktu cerita berkisar pada penjajahan Jepang sampai awal kemerdekaan Republik Indonesia (saat Jepang menyerah pada sekutu). Sang pejuang ini rela meninggalkan orang tuanya, tunangannya, harta, dan kesenangan-kesenangannya demi satu tekad: merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Adalah Hardo, demikian nama tokoh utama dalam novel ini, menjadi buronan Nippon yang berbahaya. Hardo sebelumnya adalah anggota PETA dengan pangkat shodanco, organisasi bentukan Jepang. Namun, ia dan rekan-rekan lain begitu mencintai negeri ini sehingga keluar dari perkumpulan itu. Mereka dituduh pengkhianat Nippon dan menjadi buronan berbahaya. Berbagai cara mereka lakukan agar lepas dari intaian pasukan Nippon. Salah satunya dengan menjadi kere. Yah…kere yang malang dan tak diperhitungkan dalam masyarakat.

Sebelum menjadi buronan Hardo telah bertunangan dengan Ningsih, putri Lurah Kaliwangan. Untuk itulah, dia menyamar sebagai kere ketika datang mengemis bersama kere-kere lain ke rumah lurah itu. Di rumah lurah itu sedang dilangsungkan pesta sunatan. Adik Ningsih yang baru berumur 12 tahun itu disunat. ‘Koor’ para kere berkumandang meminta sedekah kepada yang empunya rumah. Atas permintaan anaknya yang baru disunat, ibu rumah rela membagi-bagikan penganan kepada sederetan tangan yang mengiba memohon. Namun ada seorang kere yang tidak mau menerima sedekah. Ia tidak juga pergi meski semua kere lain telah pergi. Di tengah keheranan, anak ibu yang baru disunat itu tiba-tiba berseru bahwa kere itu seperti Den Hardo yang dikenalnya. Memang, dia adalah Hardo. Ibu rumah sangat terkejut karena seorang Hardo bukanlah orang asing baginya. Hardo itu tunangan putrinya Ningsih dan kini ia buronan Nippon. Belum sirna keheranannya, si kere buru-buru meninggalkan tempat itu.

Hardo berjalan lesu karena tidak berhasil berjumpa dengan Ningsih. Tak dinyana, lurah Kaliwangan calon mertuanya itu tiba-tiba ada di tempat itu. Malam semakin gelap. Hardo duduk tak jauh dari tempat lurah itu. ia mendengarkan keluhan-keluhannya. Ternyata, kedatangan pak lurah tak lain tak bukan ingin berjumpa dengan Hardo. Atas permintaan anaknya (sebagai hadiah sunatan) ia mau membujuk kere itu pulang. Anaknya rindu pada kere itu, meski kini ia tidak suka lagi dengan kere malang itu.berkisah tentang seorang pejuang yang sangat mencintai negerinya. Rentang waktu ceritaNovel ini berkisah tentang seorang pejuang yang sangat mencintai negerinya. Rentang waktu cerita berkisar pada penjajahan Jepang sampai awal kemerdekaan Republik Indonesia (saat Jepang menyerah pada sekutu). Sang pejuang ini rela meninggalkan orang tuanya, tunangannya, harta, dan kesenangan-kesenangannya demi satu tekad: merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Adalah Hardo, demikian nama tokoh utama dalam novel ini, menjadi buronan Nippon yang berbahaya. Hardo sebelumnya adalah anggota PETA dengan pangkat shodanco, organisasi bentukan Jepang. Namun, ia dan rekan-rekan lain begitu mencintai negeri ini sehingga keluar dari perkumpulan itu. Mereka dituduh pengkhianat Nippon dan menjadi buronan berbahaya. Berbagai cara mereka lakukan agar lepas dari intaian pasukan Nippon. Salah satunya dengan menjadi kere. Yah…kere yang malang dan tak diperhitungkan dalam masyarakat.

Berkisar pada penjajahan Jepang sampai awal kemerdekaan Republik Indonesia (saat Jepang menyerah pada sekutu). Sang pejuang ini rela meninggalkan orang tuanya, tunangannya, harta, dan kesenangan-kesenangannya demi satu tekad: merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Adalah Hardo, demikian nama tokoh utama dalam novel ini, menjadi buronan Nippon yang berbahaya. Hardo sebelumnya adalah anggota PETA dengan pangkat shodanco, organisasi bentukan Jepang. Namun, ia dan rekan-rekan lain begitu mencintai negeri ini sehingga keluar dari perkumpulan itu. Mereka dituduh pengkhianat Nippon dan menjadi buronan berbahaya. Berbagai cara mereka lakukan agar lepas dari intaian pasukan Nippon. Salah satunya dengan menjadi kere. Yah…kere yang malang dan tak diperhitungkan dalam masyarakat.
Dalam kegelapan, Hardo mendekati orang tua itu. Mereka sebenarnya tidak bisa saling melihat karena pekatnya malam, mereka hanya dapat bersentuhan. Lurah mengenal Hardo lewat sentuhan. Ia kenal benar ciri khas Hardo yakni tangan kanannya yang terkena bayonetNippon. Lurah itu berusaha keras membujuk Hardo supaya mau pulang. Ia mengatakan bahwa orang-orang di kampung begitu merindukan kehadirannnya terutama Ningsih, adik Ningsih, dan isterinya. Ia lalu menawarkan rokok dan uang. Memberitahu Hardo bahwa ibunya telah meninggal. Tetapi tidak berhasil karena jauh sebelumnya Hardo telah mengetahui tipu dan muslihat lurah itu, lurah itu seorang pengkhianat dan mata-mata Nippon. “Bapak pergi saja pulang. Saya tidak mau iku"t. "Saya mau ke bintang", itu saja jawaban yang diperoleh oleh lurah itu. Jawaban Hardo ini sangat membingungkan bagi lurah tersebut. Karena tidak tahan lagi, akhirnya lurah itu memilih pulang sendiri. Kebetulan, gerobak yang menuju ke kampungnya sudah datang.

Untuk lebih lengkapnya dan lebih mantap membaca serta menghayati cerita ini, silahkan download disini. Sebuah Novel yang sangat inspiratif dalam memaparkan fakta-fakta yang terjadi pada saat itu.


Perburuan karya Pramoedya Ananta Toer


Baca juga mengenai sepak terjang Pramoedya Ananta Toer semasa hidupnya, tentang perjalanannya dari penjara ke penjara, kegigihannya dalam menulis hingga akhir hayatnya. Klik disini.

2 comments:

  1. Hai, blognya bagus :D salam kenal dari saya akudwi.com

    ReplyDelete
  2. Hai juga ndan, terimakasih sebelumnya sudah mampir disini :))
    maaf juga kalo agak telat ini, nunggu jaringan mendukung soalnya..hee
    salam kenal juga...

    ReplyDelete