Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

18 April 2013

Fakta Unik Dibalik Macetnya Jogja

Jogja Malam
Anggap saja saya adalah pecandu, orang yang mulai akut menyukai sesuatu. Jika mengacu pada konsep agama, hal ini tidaklah baik. Sebab hal yang berlebih itu tidak bagus.
Baiklah, beberapa hari terakhir kegilaanku mungkin mulai kambuh. Tentang hobi berkeliling sekedar untuk memanjakan mata dengan suguhan kota istimewa.

Namun sayangnya, kota yang juga memiliki semboyan berhati nyaman ini agaknya mulai mengekor keburukan ibu kota. Pasalnya, kemacetan sering mulai mewarnai jalanan Jogja. Terlebih ketika mendekati akhir pekan atau liburan. Jangan heran, jika Ngayugyokarto menempati kota wisata nomor dua yang paling banyak dikunjungi setelah bali.

Namun, dibalik ramainya jogja akibat wisatawan. Jumlah orang yang masuk dan tinggal dijogja juga terus mengalami peningkatan. Mulai dari perantau gelar, pengusaha, atau wisatawan sendiri, baik lokal maupun luar negeri.

Dalam obrolan singkat bertajuk jogja mulai macet disebuah warung kopi, justru memiliki sudut pandang unik. Sebab, menurutnya jogja mengalami kelonjakan pengunjung hampir setiap hari. Maka wajar jika dibarengi dengan kelonjakan jumlah kendaraan.

Dalam logika warung kopi, obrolan yang hanya stagnan tanpa berkembang keranah lain nampaknya tidak mungkin. Sebab, waktu dan kebebasan berfikir seolah lebih merdeka jika diwarung kopi.
Dari kondisi itulah, kemudian salah seorang temen saya beranggapan bahwa salah satu penyebab terjadinya kemacetan di jogja adalah tidak adanya keseimbangan antara pendatang dan yang pergi. Contoh sederhana, selain terkenal dengan gudeg dan malioborronya, jogja juga dikenal sebagai kota pelajar. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya perguruan tinggi di jogjakarta.

Lalu, apa kaitannya dengan kemacetan dijogja yang mulai terlihat?

Menurut salag seorang temen, setiap tahun ada ribuan mahasiswa baru yang tinggal di jogja. Namun, jumlah tersebut tidak diimbangi dengan jumlah yang selesai study. Mungkin jogja terlampau nyaman, hingga kadang melupa pada masa kontrak tujuh tahun.

Berdasarkan hal tersebut diatas, temen saya beranggapan bahwa kelonjakan penduduk sementara tidak lain dari kita yang berujung mahasiswa lama.

Meskipun demikian, kenyamanan jogja tetap harus dijaga. Sebab, dengan begitulah jogja memang berhati nyaman. [ghom]

0 komentar:

Post a Comment