Kenapa Manajemen menjadi penting dalam aktifitas kegiatan dakwah?
Kemajuan
zaman, juga maraknya aksi-aksi dari oknum yang kadang menyatakan dakwah
namun justru berimbas pada merosotnya nilai keislaman itu sendiri. Hal
tersebut tentu bukan hal baik bagi nilai-nilai islam yang pada dasarnya
berarti "selamat". Selain itu, aplikasi manajemen dalam aktifitas dakwah
juga diharapkan dapat mampu menjadi faktor pendukung dalam optimalisasi
dakwah itu sendiri. Baik secara menyeluruh menganai keilmuan agama,
atau secara spesifik kajian-kajian tertentu.
Sebelum
membicarakan hal tersebut lebih banyak lagi, nampaknya perlu kita coba
menilik kembali makna manajemen. Baik secara umum maupun secara
definisinya. Hal ini bertujuan agar lebih mudah dalam mencoba
mensinkronkan antara dua hal tersebut.
Manajemen
merupakan salah satu ilmu pengetahuan diantara ilmu-ilmu sosial yang lain,
ditinjau dari pisisi dan eksistensinya manajemen memiliki nilai utama
disegenab aktivitas manusia, dalam hal ini aktivitas dakwah sebagai
proses kerja sama yang di dalamnya menyangtkut segi-segi kegiatan yang sangat
luas, meliputi smua lapangan kehidupan, mulai dari pendidikan, sosial, budaya,
ekonomi. Dan lain-lain
Dalam
Surat Ali Imran Ayat 104
Artinya
:
“Dan
hendaklah kalian semua menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan
mencegah dri apda yang mungkar, merekalah orag yang beruntung”.
Bila
dikaitkan dengan sisi tanggung jawab yang sandaranya Surat Ali Imran Ayat 104,
maka kegiatan dakwah tidak hanya berada dalam taraf pembebasan manusia dari
hal-hal yang mungkar, tetapi lebih dari itu, dakwah merupakan aktivitas dalam
mewujudkan perubahan dari semua segi kehidupan, mulai dari yang bersifat umum
maupun yang bersifat khusus. Yaitu keterkaitan Manusia dengan Allah (hablumminallah),
dan keterkaitan antara sesama Manusia (hablumminannas) serta keterkaitan
Manisia dengan Alam.
Untuk
mewujudkan ketiga keterkaitan tersebut, risalah Islam sebagai mediator dan
dakwah sebagai pasilitator senantiasa memberi tekanan kepada umat Islam,
supaya mereka tetap memikul tanggung jawab untuk selalu bekerja keras
serta memperjuangkannya. Tugas dan kewajiban untuk mewujudkan kerah itu
diperlukan Jihad.
Ektensi
Islam sebagai gama dakwah harus benar-benar diwujudkan disgenab kegiatan
manusia, baik yang sifatnya transedental maupun sosial kemasyarakatan.
Sebab tanbggung jawab manusia dalam kehidupan dunia sifatnya Universal,
Menurut
Yusuf Al-Qardawy, bahwa Islam taampil kemuka bumi bertujuan untuk
mengatasi semua problematika hidup yang biasa dijalani manusia, dan Islam tidak
perna memandang manusia itu sebagai makhluk Individu yang terisolasi
dari khalayak ramai, tetapi manusia dipandang sebagai makhluk yang mempunyai
rasa sosial bermasyarakat.
Dalam
tanggapan lain, bidang pendidikan merupakan sala satu metode yang sangat
penting dalam kegiatan dakwah, sebab dakwah dalam posisi yang luas berarti juga
ishlah, yaitu pembangunan dan perbaikan terhadap kehidupan
manusia, agar tercipta manusioa yang berkemampuan baik psikis maupun fisiknya
guna melaksanakan tugas-tugas pembangunan.
Begitu
juga di bidang ekonomi, eksistensi dakwah selalu dituntut mencari jalan keluar
terhadap segala bentuk kesulitan masyarakat, menghapuska riba dan koropsi serta
melenyapkan segala macam penyelewengan dan menipulasi sehingga terwujudnya
sisitem ekonomi yang benar-benar sesuai dengan ajaran agama Islam. Dapat
disebutkan, bahwah ekonomi Islam merupakan ekonomi Illahiyah, karena
bermuara dari Allah.
Dalam
Al-Qur’an Surat Al-Mulk Ayat 15 ditegaskan sebagai berikut :
Artinya:
“Dialah
(Allah) yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah disegalah
penjurunya dan makanlah sebagian dari rezkinya. Dan hanya kepadanyalah kamu
(Kembali Setelah) dibangkitkan”
Inti
dari firman Allah terebut, penegasan terhadap umat mausia untuk tekun mencari
karunia yang disediakan oleh Allah di bumi, tujuannya mewujudkan kemakmuran dan
kesejahtraan atara sesama.
Islam
telah menunjukkan jalan terang bagi kehidupan manusia diantaranya, mencari
rezki dalam wujud apapun asalkan halal, Islam menggalakkan umatnya agar selalu
senatiasa bersikap peduli antara sesama, dan tidak mengumpulkan harta kekayaan
untuk pribadi. Hal ini yang menjadi cita-cita dalam sistem ekonomi Islam
sebagai sebuah sistem yang adil dan sesama serta menjamin kekayaan tidak hanya
terkumpul pada sorang individu dan satu kelompok saja.
Untuk
dasar itu, keberadan dakwah untuk mewujudkan sistem ekonomi bedasarkan Islam
harus mampu dilaksanakan, karena pada hakekatnya ciri-ciri penting
ekonomi Islam telah ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Hasyr Ayat 7 sebagai
berikut :
Artinya:
“Supaya
harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang kaya saja diantara kamu..”
Di
bidang kebudayaan, dakwah dituntut dapat memperkuat dan menciptakan
nilai-nilai Islam yang murni dan konsekwen, tujuan akhir agar Islam benar-benar
mewarnai segala sumber inspirasi. Menyangkut budaya dan seni serta keterkaitan
dengan dakwah, maka peran Islam sebagai agama dakwah harus selalu berada
ditengah-tegah masyarakat. sebab, secara vaktual masih banyak hasil dan ide-ide
yang disuguhkan manusia dalam menghasilkan sesuatu bertentangan dengan tuntutan
agama Islam.
Mencermati
uraian diatas, tidak berlebihan bila dimunculkan asumsi, bahwah
eksistensi manajemen begitu diperlukan dalam melaksanakan dakwah. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Abd. Rosyad Shaleh, pelaksanaan dakwah yang kegiatanya
begitu kompleks, hanya akan berjalan efektif bila mana dilakukan oleh
tenaga-tenaga yang memiliki kualitas.
Pentingnya
manajemen dalam kegiatan dakwah :
- Terwujudnya peruntutan dan perumusan sasaran serta tujuan dakwah dimasa yang akan datang atau berkelanjutan
- Terwujudnya penentuan metode dan tindakan-tindakan yang seyokyanya dilakukan dalam kegiatan dakwah
- Memudahkan pendelegasian wewenang dan tenaga pelaksanaan sesuai dengan profesi atau keahlian yang dimiliki secara setruktur pembagian kerja yang telah ditentukan.
0 komentar:
Post a Comment