Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

25 April 2013

Mengkaji Media Massa dalam Ranah Publik

Media massa sejatinya tidak pernah menjadi realita dirinya sendiri. Media massa akan selalu menjadi bagian dari pergulatan yang terjadi pada aras ekonomi, politik, sosial, bahkan ideologi dalam suatu masyarakat. Menyikapi fenomena media yang demikian itu tentu perlu adanya kajian media massa secara holistik. Dalam artian, mempertautkan antara problem-problem teknis-sektoral dengan faktor-faktor strukturak sistemik yang melatar belakangi eksistensi media tersebut. Artinya perlu adanya pemaparan sejumlah potensi yang ada dalam sudut pandang media massa, dalam hal ini tidak lain adalah pola kehidupan masyarakat itu sendiri.

Pada dasarnya, berbicara media massa sejatinya merupakan sebuah pengembalian ranah publik kepada publik itu sendiri. Seperti yang sudah kita ketahui selama ini, bahwa media massa seolah semakin tidak berpijak pada hal itu. Sebaliknya, media massa justru semakin jauh meninggalkan itu semua. Sebab, media massa kekinian seolah semakin membabi buta dalam ranah komoditas. Jika asas media massa merupakan sebuah pengembalian ranah publik, tapi justru bermetamorfosa menjadi ke arah komoditas. Maka tentu, objeknya tidak lain adalah masyarakat. Hal inilah yang kemudian menyebabkan perubahan pola pikir serta gaya hidup menjadi lebih konsumtif.

Setidaknya ada tiga hal yang dapat kita lihat dalam kajian secara holistik ini, antara lain:

Pertama, untuk menyadarkan bahwa kajian media harus menjadi bagian dari kajian masyarakat, atau bisa juga dikatakan sebagai teori-teori kajian media harus dijadikan juga sebagai kajian masyarakat. Sebab jika media saja sulit untuk diamati semata-semata sebagai entitas ekonomi dengan beranggapan bahwa media terisolasi dari faktor-faktor sosial, politik, budaya dan faktor lain yang sejatinya itu ada dalam masyarakat. Bagaimana mungkin masyarakat secara menyeluruh dapat memahami mengenai sistematika media itu sendiri. Sementara fakta yang ada dalam media kebanyakan ini justru demikian, berorientasi pasar dan seolah kian menjauh atau terisolasi dari realitas masyarakat.

Kedua, kajian media juga tidak seharusnya hanya terkonsentrasi pada dampak atau sebab akibat. Hal ini dikarenakan, penyiaran media jelas akan memberikan dampak terhadap masyarakat, entah itu positif atau negatif, entah sedikit ataupun banyak. Dengan kata lain, media yang dalam kondisi tertentu, akan menyuguhkan siaran tertentu, dan disiarkan pada khlayak dalam kondisi tertentu pula. Hal tersebut dapat berakibat timbulnya rasa was-was dalam benak publik.

Dengan mengacu pada hal tersebut, maka dianggap bahwa kebutuhan mendesak yang diperlukan adalah kajian media massa yang dapat bersifat menyeluruh, serta kajian yang mampu menyadarkan dan memberdayakan publik dalam persoalan seputar operasi media diranah publik, atau perlakuan media massa terhadap ranah publik itu sendiri. Sebab kajian media perlu lebih menggeluti masalah lingkungan simbolik media yang memiliki konotasi tidak aman.

Ranah publik merupakan ranah civil sosiety, tentu sudah seharusnya jika ranah publik/masyarakat melakukan diskursus yang menyangkut kepentingan mereka. Dalam hal ini juga termasuk fungsi negara dalam berbagai dimensi kehidupan bermasyarakat. Mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga pnyelenggaraan pasar. Namun dalam faktanya, ranah publik justru telah diolah menjadi bahan perluasan lahan untuk keberlangsungan aktivitas akumulasi modal, yang justru melalui media massa itu sendiri.

ketiga, seperti pemaparan sebelumnya bahwa kajian media tidak akan bisa terlepas dari kajian kehidupan bermasyarakat, khusunya tentang perubahan sosial, sebagai mana kajian media juga seharusnya berkesinambungan dengan kajian negara, yakni civil sosiety. Sebab media bukan hanya sebatas proses interplay, atau dividu dan tatanan masyarakat. Media dalam ranah idealnya meruapakan kekuatan independen.

Sementara logika operasi modal dalam sektor media jelas akan berpotensi menentukan perubahan sosial, termasuk potensi untuk membuat publik terjaring ulah operasi modal disektor media tanpa lagi adanya pengenalan tujuan bersama dalam bernegara serta bermasyarakat. Potensi ini sangat menonjol jika ditarik dalam industri media penyiaran.

Pada hakikatnya, eksistensi media dalam ranah publik merupakan sebuah kontrusi sosial, yang dalam hal ini melibatkan unsur kuasa serta menjadikan konstruk sosial tersebut sebagai interaksi berbagai kepentingan. Negara memang selalu berkepentingan menjalankan roda konstitusinya dalam berperan mengkongonstruksi ranah publik beserta media massa didalamnya. Mengkaji Media Massa dalam Ranah Publik

4 comments:

  1. menjadi hal yg wajib dlm sinetron indonesia adalah, adegan orang sakit, makan, nangis. hehe

    ReplyDelete
  2. Salam Kenal!

    Jujur saya rindu sinetron sejenis "Keluarga Cemara",

    ReplyDelete
  3. wah-wah, paham banget mabknya....penggemar sinetron ne kayaknya..hee

    ReplyDelete
  4. salam kenal juga bang lukman, terimakasih sebelumnya telah mampir.

    iya, memang sinetron-sinetron seperti itu kini semakin hilang tanpa rimba...

    ReplyDelete