Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

16 November 2013

Cinta Yang Mendewasakan, Seperti Apa?

Cinta Yang Mendewasakan, seperti apa kira-kira? Mari kita sama-sama menelanjangi dari makna cinta itu sendiri sampai tahapan aplikasinya dlm kehidupan sehari-hari. Sebelum menelaah lebih jauh, perlu kiranya penulis disini sedikit mengingatkan tentang sebuah pernyataan yang sudah cukup populer. Yaitu bahwa tua itu pasti, namun dewasa itu pilihan.



Perdebatan soal cinta, nampaknya bukan lagi menjadi sesuatu yang baru. Pasalnya dilihat dari segi historis, cinta sendiri sudah mengikuti peradaban semesta ini. Dengan kata lain, keberadaan cinta sudah ada sejak pertama kali semesta ini ada. Bukankah Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang? Dan bukankah semesta dan isinya merupakan ciptaan-Nya?.

Kemudian, bagaimana jika ditarik dalam konteks hari ini? Maka jelas kita akan mengkerucut pada pertanyaan yang sama, yaitu seperti apa sebenarnya Cinta Yang Mendewasakan itu?. Jika cinta selalu memiliki tujuan mulia, kenapa banyak suami-istri yang bercerai? Bagaimana dengan sex bebas? Tingginya angka kematian yang mengatas namakan cinta? Dimana tujuan mulia itu, dimana kebahagiaan uyang dijanjikan cinta? Dan kenapa? Bagaimana?

Pertanyaan-pertanyaan itu seolah genderang yang selalu nyaring untuk ditabuh. Pertanyaan yang muncul ketika konsep cinta diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Atau setidaknya ketika cinta itu hadir dengan tidak begitu ramah, dan sebaliknya kita yang kadang tidak mampu memperlakukannya.

Seperti pada pembahasan-pembahasan sebelumnya, bahwa konsepsi cinta nyatanya selalu berujung bahagia. Dimana cinta mencoba merangkul semua elemen agar dapat merasakannya. Tidak ada diskriminasi dalam cinta, belenggu dengan berbagai sindikat, tua, muda, agama, sampai pada siapa. Artinya cinta merupakan hak setiap manusia untuk bisa merasakannya. Apapun dan siapapun.

Sungguh mulia bukan? Lantas kenapa masih ada perselihan, tawuran, lawan dan lain sebagainya yang jelas-jelas bertolak belakang dengan konsepsi cinta itu sendiri. Secara umum, cinta memang memiliki visi yang cukup mulia. Karena biar bagaimanapun cinta mampu mendamaikan yang berselisih, menyembuhkan yang sakit, mengasihi yang lemah, memberi yang kurang, melengkapi yang tak lengkap serta memenuhi yang kosong. Namun itu hanya berbicara idealnya cinta.

Lalu? Bagaimana dengan manusia yang dilengkapi sistem ego, pikiran, hati dan juga nafsu?. Dari sinilah kemudian benang kusut itu mulai teruai, artinya keberadaan cinta dalam kehidupan bermasyarakat tentu juga tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat itu sendiri.

Dengan kata lain, keberadaan cinta juga tidak bisa terlepas dari pengaruh berbagai faktor yang ada seperti halnya lingkungan. Dan lagi paradigma masyarakat tentang cinta yang lebih terkesan beragam. Bahkan dalam memaknainya pun tak bisa terlepas dari diri yang memaknai.
Disini, penulis hanya berusaha mempertegas pernyataan bahwa cinta sebenarnya tidak salah. Hanya saja paradigma yang lebih beragam itu kemudian mengansumsikan sebuah makna cinta yang berbeda-beda. Maka jangan heran ketika dalam kehidupan sehari-hari akan ada banyak asumsi yang beragam dalam cinta.
Pada intinya cinta yang mampu mendewasakan adalah cinta yang dapat memberikan stimulus seseorang dalam meraih harapannya. Contoh, seorang yang benar-benar mencintai Tuhan maka secara sadar dan tegas ia akan melakukan apa yang mesti ia lakukan. Terlebih jika yang dilakukannya merupakan hal yang dapat menuntunnya dalam kebersamaan bersama dengan apa yang di cintainya.

Kita tentu akan menjaga dan melindungi alam jika ada cinta yang punya. Kita tentu akan berupaya menjaga hubungan dengan Tuhan jika ada disana. Kita tentu akan marah jika bangsa ini di hina bangsa lain ketika ada cinta disana. Kita juga tentu tak akan rela kedua orang tua kita disakiti jika ada cinta disana. Kita juga akan senantiasa menghormati dan menghormati mereka yang berbeda jika ada cinta disana. Dan begitu seterusnya, jika ada cinta maka dengan senang hati akan menginginkan kedamaian. Dengan keingan tersebut maka secara sengaja akan berupaya menjaga perdamaian.

Karena cinta itu mendamaikan, karena cinta itu membebaskan, karena cinta itu mententramkan, karena cinta itu hubungan yang dilandasi untuk menuju kebahagiaan. Entah dengan pasangan, keluarga, teman, sahabat, masyarakat, bangsa, agama sampai Tuhan. Disanalah akan ada cinta yang mendewasakan, bukan sebaliknya. Salam sejahtera dan Happy Blogging.








6 comments:

  1. Cinta adalah misteri dalam hidupku ...

    ReplyDelete
  2. Cinta itu mendamaikan....
    salam...knal :)

    ReplyDelete
  3. Dan cinta pun mampu mendamaikan hati yang beku dari kebencian.

    ReplyDelete
  4. Holaahoo semuanya,,,,maap-maap baru sempat membalas. Lama krisis koneksi nie :))
    Salam kenal semuanya, salam hangat kopi pagi semuanya... terimakasih sudah singgah mas Fahri, Mochklisin dan mbak Titis Happy Blogging semuanya

    ReplyDelete
  5. kalo kata Yovie, cinta itu suci

    ReplyDelete
  6. kalo kata slank banyak mbak zulfa, ada suci, putih, bersih, wangi, de el el... hhee

    ReplyDelete