Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

06 November 2013

Ketika Sarjana Tak Kerja


Ketika Sarjana Tak Kerja, secara garis besar maka penulis beranggapan bahwa dalam hal ini sedikitnya ada dua hal yang memberikan insdikasi. Keluar dari konteks kecarut-marutan suatu tatanan Negara yang justru terjangkit keakutan rasa sakit. Yah, suatu Negara yang berpenyakit barangkali kronis. "Koruptor" merupakan penyakit Negara yang pasti akan menghambat jalannya rodanya pemerintahan yang adil dan makmur.

Lantas, bagaimana dengan penyataan "Ketika Sarjana Tak Kerja". Apakah hal tersebut juga berkaitan dengan adanya penyakit koruptor? Jawabannya pasti. Karena seperti yang dipaparkan diatas bahwa penyakit yang demikian itu jelas-jelas menghambat jalannya roda pemerintahan.

Sedikitnya, ada dua hal yang menurut penulis menyebab banyaknya angka pengangguran dengan label sarjana. Dua hal ini pada dasarnya bukan berarti menutup pendapat lain, karena penulis juga meyakini bahwa berbicara Negara tentu berbicara sistem yang panjang. Namun disinilah penulis mencoba mengkerucutkan menjadi dua hal, minimal hal ini hanyalah sebuah dasar yang tentu bisa dikembangkan.

Pertama, Ketika Sarjana Tak Kerja maka hal yang pertama perlu kita lihat tak lain adalah dunia pendidikan itu sendiri. Disini, kita sama-sama tahu bahwa cita-cita pendidikan yaitu mencerdaskan generasi bangsa. Namun seperti yang kita tahu, bahwa pendidikan sekarang seolah menjelma menjadi pabrik robot manusia. Apa yang kemudian di sediakan oleh dunia pendidikan kita nyatanya hanya berusaha menjadi pencipta mesin manusia dalam pemenuhan kebutuhan industri-industri besar. Pendidikan saat ini nampaknya memang belum mampu menjawab kebutuhan masyarakat luas, dengan kata lain pendidikan tidak benar-benar berusaha mencerdaskan generasi bangsa. Sebaliknya pendidikan justru menciptakan robot-robot manusia untuk memenuhi kebutuhan industri.

Persoalan selanjutnya, industri-industri tersebut jelas-jelas banyak di dominasi asing. Kemudian persoalan yang lain akibat sistem yang demikian itu, maka akan munculnya peningkatan angka sarjana dengan keahlian robot industri. Sementara dalam tingkatan selanjutnya, jelas-jelas industri tidak mampu menampung semua. Ironisnya, dari keadaan ini peran Negara justru disibukan dengan penyakitnya yang semakin parah itu.

Kedua, Ketika Sarjana Tak Kerja maka hal ini menjadi hal yang tak  kalah penting dengan yang pertama. Ketika pada bagian pertama penulis sedikit menyinggung masalah sistem pendidikan, disini penulis berusaha menyinggung sistem yang lebih besar. Dalam hal ini tentu sebuah Negara yang sejatinya menjadi tumpuan setiap warga Negara dalam mencari keamanan, kesejahteraan dan lain sebagainya.

Sederhananya, dengan Negara membebaskan dunia pendidikan dalan upaya swastanisasi maka jelas hal tersebut menjadi sebuah indikasi bahwa Negara berusaha cuci tangan dari dunia pendidikan. Artinya Negara hari ini melakukan pembiaran atau melegalkan bisnis pendidikan. Membiarkan peningkatan-peningkatan angka mahalnya untuk mengakses pendidikan. Maka menjadi sangat ironi ketika dana-dana yang seharusnya dialokasikan untuk menunjang ketidak mampuan masyarakat bawah dalam mengenyam pendidikan justru di korupsi oleh para elit.

Maka jangan heran Ketika Sarjana Tak Kerja, sebab ada angka yang tak seimbang antara jumlah pencari kerja dengan jumlah penyedia lapangan kerja. Mengutip lirik lagu bang iwan:

"Engkau sarjana muda, resah mencari kerja mengandalkan ijazahmu. Empat tahun lamanya, bergelut dengan buku sia-sia semuanya"

Bangkitlah ibu pertiwi, majukanlah kecerdasan kami. Bangkitlah ibu pertiwi, merdeka seutuhnya.










0 komentar:

Post a Comment