Cinta merupakan sebuah keniscayaan dalam hidup, ia dapat menyentuh berbagai aspek kehidupan. Bahkan cinta terlampau demokratis, sebab cinta akan menghampiri siapa saja tanpa melihat latar belakang perbedaan apapun.
Berbicara cinta nampaknya memang tak pernah ada habisnya, selalu saja tema ini menggelitik untuk dibicarakan. Tentu ini tidak terlepas dari kesempurnaan kita sebagai manusia yang telah dibekali perasaan serta akal. Banyak yang bilang bahwa cinta itu tidak untuk di definisikan, melainkan untuk dirasakan dan dijalani sebagai landasan kearifan hidup manusia. Namun benarkan bahwa cinta itu tidak terdefinisikan? benarkan tak ada abjad yang mampu merangkai makna dari cinta?.
Ketika manusia terlahir dalam didunia untuk memulai kehidupan ada beberapa fase yang akan dilewatinya. jika salah satu dari fase tersebut ada yang terlewat ataupun kosong, maka difase berikutnya akan menuntut. kemudian banyak yang menganggap bahwa ketika manusia terlahir itu suci, seperti kertas putih yang polos tanpa goresan pena yang mengotori. namun pada dasarnya ada hal yang sejatinya sudah mengisi kertas tersebut, meskipun itu hanya sebatas titik kecil, tapi itu pasti ada. karena itu sudah melekat sejak kertas itu diolah. dalam kata lain ada aspek yang sudah melekat dalam diri kita semua sebagai manusia ketika terlahir untuk menjalani hidup, yakni sebuah aspek turunan dari orang tua, entah itu sedikit ataupun banyak.
Karenanya ada istilah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, namun ini sesungguhnya bersifat kondisional, atau tempat dimana pohon itu tumbuh. Semisal pohon itu berada didekat sungai dan buah yang jatuh ikut terhanyut, maka buah tersebut akan jatuh jauh dari pohonnya.
Begitu juga pada diri manusia, tidak semua memiliki sifat keturunan yang begitu melekat, proses dalam melewati fase-fase kehidupan akan mengikis berlahan sifat itu. Dan kemudian menentukan lembaran demi lembaran kertas tersebut bagaimana akan tergores dan tercipta guratan, apakah akan banyak memiliki manfaat atau bahkan sebaliknya.
Kembali lagi pada fase-fase kehidupan yang dilewati oleh manusia, namun kali ini kita coba spesifikan fase tersebut. Coba kita lihat fase menuju kedewasaan secara seksama, karena dalam fase inilah yang memiliki peran penting dalam proses pembentukan jati diri atau minimal mendekati jati diri atau dalam kata lain, fase disini yang nantinya akan membentuk cara pandang seseorang. Maka akan cukup berakibat fatal ketika fase ini diisi dengan hal-hal yang kurang memiliki peran aktif dalam pembentukan pemikiran. Banyak yang beranggapan dalam fase ini adalah fase yang rawan atau fase yang akan membuat rasa penasaran cukup tinggi. Tidak heran banyak remaja yang sedang menuju dewasa salah melangkah karena rasa penasaran tersebut.
Terlebih di jaman yang sudah dimanjakan dengan technonology yang kian canggih. Pernahkah kita bertanya pada diri kita sendiri akan seperti apa kita kelak, atau hanya sebatas berfikir sudahkah kita siap menjajaki kehidupan dengan kedewasaan yang kita punya. Dalam kalangan mahasiswa, terutama yang sudah mendekati kelulusan atau seharusnya sudah lulus, pernahkah anda sekalian bertanya mau apa setelah lulus nanti, atau dengan sederhana kapan akan lulus. Jika sudah demikian, maka tentu itu semua berangkat dari kegelisahan masing-masing individu.
Terlebih di jaman yang sudah dimanjakan dengan technonology yang kian canggih. Pernahkah kita bertanya pada diri kita sendiri akan seperti apa kita kelak, atau hanya sebatas berfikir sudahkah kita siap menjajaki kehidupan dengan kedewasaan yang kita punya. Dalam kalangan mahasiswa, terutama yang sudah mendekati kelulusan atau seharusnya sudah lulus, pernahkah anda sekalian bertanya mau apa setelah lulus nanti, atau dengan sederhana kapan akan lulus. Jika sudah demikian, maka tentu itu semua berangkat dari kegelisahan masing-masing individu.
Dalam fase remaja ini, salah satu hal yang paling sering menjadi topik pembicaraan mereka adalah cinta dan gengsi, memang cinta akan selalu menjadi hal yang tak kunjung melahirkan kejenuhan untuk diperbincangkan, terlebih lagi pada tataran remaja. Seperti yang sudah dipaparkan diatas bahwa kehidupan remaja ini merupakan fase yang cukup rawan, karena memiliki kadar yang cukup tinggi disifat penasaran (selalu ingin mencoba) apalagi yang sedang menjadi trend dimasa mereka. Dalam hal ini kita coba meraba pandangan mereka pada cinta.
Kebanyakan remaja sekarang melegalkan cinta dalam berbagai pemaknaan, bisa dikatakan makna cinta sekarang telah diperkosa oleh perkembangan zaman yang cukup memiliki dampak pada kehidupan, khususnya remaja. Namun dari segi positifnya itu semua dalam tahap pembelajaran, baik dalam memaknai atau merasakan cinta itu sendiri. Meskipun secara umum pandangan mereka semua akan cinta masih cukup sempit, karena dalam hal ini jika berbicara cinta, kebanyakan remaja langsung berasumsi pada teman dekat ataupun pacar. Dalam hal ini saya bukan bermaksud untuk men-general-kan semua remaja, melainkan sebagian mereka.
Padahal cinta itu universal, tidak ada pengelompokan-pengelompokan makna. Semua berdasar pada ketulusan, setidaknya mendekati tulus lah. Karena jika berbicara tulus ataupun ikhlas ini terlalu jauh pembahasannya, ini menyangkut kerelaan tanpa imbalan. Baik itu cinta pada Tuhan beserta malaikat-malaikat dan juga rosul, ataupun cinta kepada sesama manusia. Semua itu memiliki esensi yang sama yakni sebuah ketulusan dalam mencintai.
Padahal cinta itu universal, tidak ada pengelompokan-pengelompokan makna. Semua berdasar pada ketulusan, setidaknya mendekati tulus lah. Karena jika berbicara tulus ataupun ikhlas ini terlalu jauh pembahasannya, ini menyangkut kerelaan tanpa imbalan. Baik itu cinta pada Tuhan beserta malaikat-malaikat dan juga rosul, ataupun cinta kepada sesama manusia. Semua itu memiliki esensi yang sama yakni sebuah ketulusan dalam mencintai.
Sekali lagi saya tegaskan semua itu merupakan proses pembelajaran dalam berasumsi ataupun berpandangan. Namun patut ditekankan juga, bahwa kehidupan itu tak selalu seperti dengan apa yang kita bayangkan, kadang berbalik hingga 180 derajat dari harapan kita. Karena tidak selalu kupu-kupu yang indah itu mampu terbang dengan sempurna menggunakan sayapnya. So...berusaha dan terus belajar pada kesalahan kita yang telah lalu dan mencoba memperbaiki untuk bekal mengawali lembaran kertas di hari esok, lusa, dan lembaran-lembaran selanjutnya.
Perlu kita inget bahwa tidak selalu kupu-kupu indah itu mampu terbang dengan sempurna menggunakan sayapnya, dan seindah apapun kupu-kupu itu berawal dari ulat yang tergolong menjijikan serta seram. Tidak lain itu karena sebuah perubahan, maka rubahlah dirimu diesok hari agar menjadi lebih baik dan indah seperti apa yang diharapkan. selamat berproses menjadi keindahan dan kesempurnaan yang hanya milikmu itu.
wew...remaja memang akan selalu menuju kedewasaan dengan fase pertumbuhan yang kadang berbeda-beda. :D
ReplyDeletehee yah itulah realita kawan.. selalu mengikuti dinamika kehidupan yang ada. :D salam
ReplyDeleteNICE...... banget
ReplyDeleteeh mbak siti, terimakasih sudah mampir.. :D
ReplyDeletesalam dan kenal dan happy blogging...