Belajar Menulis, dokumentasi pemikiran perjalanan hidup.

15 July 2014

Me(r)gawati

Di Jawa Tengah bagian barat, tepatnya di kabupaten Cilacap. Yah,
sebuah daerah yang cukup terkenal dengan adanya penjara para terpidana
kasus berat. Sebuah penjara yang dalam catatan sejarah pernah di
singgahi juga oleh penulis tersohor Pramoedya Ananta Toer.
Nusakambangan, siapa tidak mengenal pulau yang sebagian wilayahnya
digunakan sebagai penjara tersebut.

Namun dalam tulisan kali ini saya bukan bermaksud menceritakan pulau
yang (maaf) kadang terkesan seram itu. Namun sisi keunikan lain dari
wilayah yang sering kita kenal dengan "ngapak" itu. Tepatnya, di
bagian timur dekat dengan perbatasan kabupaten Kebumen. Sementara sisi
utara mendekati dengan perbatasan Kabupaten Banyumas.

Di Cilacap sebelah timur ada kota kecil yang bernama Kroya, sebuah
nama yang mirip dengan salah satu wilayah di Jawa Barat. Sementara
dalam kecamatan Kroya terdapat sebuah desa yang bernama 'Mergawati'.
Sepintas nama desa ini mirip dengan salah satu nama pemimpin partai,
yaitu ibu Megawati. Namun jika coba diartikan sesuai kaidah jawa tentu
saja bukan. Dalam bahasa jawa 'merga = margi yang berarti jalan',
sementara 'wati berarti perempuan'.

Maka ada yang bilang kalau 'mergawati' itu berarti jalan perempuan,
bahkan ada juga yang mengatakan bahwa mergawati berarti alat kelamin
perempuan. Secara filosofis, berarti sebuah gerbang kehidupan baru.
Dimana perempuan akan melahirkan anak melalui alat kelaminnya, sebuah
gerbang kehidupan.
Secara sederhana kadang nama desa tersebut memang terdengar unik.
Terlepas dari itu semua, desa mergawati tetaplah menjadi desa yang
bagiku membanggakan. Disanalah gerbang kehidupanku berawal.

Selain itu, desa mergawati ini di bagi menjadi tiga dusun. Yang
pertama yaitu 'Ngulakawu', konon nama tersebut berawal dari seorang
kakek yang menemukan 'ula klawu yang berarti ular berwarna abu-abu',
sejak saat itulah dusun tersebut dikenal dengan nama 'ngulakawu'.

Kemudian yang kedua yaitu 'Nusagebang', lain cerita dengan dusun yang
pertama. Nama ini konon dahulu karena banyak 'blumbang-blumbang' yang
ditanami pohon gebang. Maka akhirnya daerah ini dikenal dengan nama
'Nusagebang', namun secara pengucapan lebih sering disebut dengan
'segebang'.

Dusun yang ketiga yaitu bernama 'Rawawungu', tidak jauh berbeda dengan
dusun yang lain. Penamaan dusun ini juga berangkat dari kondisi tempo
dulu. Dimana ada sebuah sawah yang menyerupai rawa, kedalamannya tidak
begitu. Namun uniknya pada jaman dahulu konon rawa tersebut tidak
pernah kering, meskipun sawah sekelilingnya mengalami kekeringan.
Akhirnya daerah tersebut kemudian dikenal dengan nama 'Rawawungu'
namun secara pengucapan lebih dikenal dengan 'Rawungu'.

Selain itu, di desa mergawati juga ada beberapa KK yang secara
geografis terletak di desa lain, maka oleh masyarakat sekitar disebut
dengan nama 'Mergawati tempel.

Mungkin begitu dulu, suatu saat nanti saya akan memaparkannya lebih
rijit lagi. Tentu saja, dengan model pemaparan yang berbeda dan semoga
lebih menarik untuk dibaca. Untuk saat ini mungkin saya cukupkan
sampai disini, dan inilah cerita desaku. Sebuah desa yang bernama
"Me(R)gawati", ingat ini nama desa lho bukan nama salah satu petinggi
partai. Hehee

Salam dari desa kawan, semoga kalian berkenan membagi cerita desa
kalian juga. Karena biar bagaimanapun tanah kelahiran tetap pantas
untuk dibanggakan. Selain itu saya juga yakin, tanah kelahiran
(walaupun hanya di desa) pasti banyak menyimpan kenangan, cerita,
serta pembelajaran hidup yang mungkin tidak bisa kita lupakan hingga
sekarang. Salam dari desaku buat desa kalian.

0 komentar:

Post a Comment